"Kanker hati. Satu-satunya jalan adalah donor hati."
Syarif terdiam. Tak menyangka dengan kondisi ini. Rupanya, orang kaya tak sebahagia dugaannya. Bisa saja mereka lebih secara materi. Namun soal lain? Hanya mereka yang tahu.
Mereka sampai di Rumah Sakit Hassan Sadikin. Berjalan di samping Nyonya Calisa, Syarif mulai berpikir. Sekaranglah takdir berpihak padanya.
** Â Â Â
Sesaat saja Tuan Calvin berbaring di ranjangnya. Kanker itu kembali berulah. Membuatnya kesakitan. Memaksanya beristirahat sejenak. Tiba-tiba Nyonya Calisa datang. Mendekat, lalu memeluknya.
"Calvin, aku sudah mendapat donor hati." bisiknya.
Kedua mata Tuan Calvin terbuka. Ia menatap istrinya tak percaya.
"Are you sure?"
Nyonya Calisa mengangguk. Matanya berbinar bahagia. Sungguh ia bahagia dengan hasil tes itu. Tingkat kecocokan sudah diperoleh. Tunggu apa lagi?
"Ayo Calvin, kita temui orangnya. Dia menunggu di ruang tamu." ajak Nyonya Calisa.
Keduanya beranjak ke ruang tamu. Begitu melihat siapa yang ada di sana, Tuan Calvin terperangah.