Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takdir Berpihak Padanya

14 Agustus 2017   06:00 Diperbarui: 14 Agustus 2017   22:44 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sepupu-sepupu, sahabat, dan teman-teman dekatnya pun Nyonya Calisa pernah cemburu. Orang-orang terdekatnya memahami sifat Nyonya Calisa yang satu ini. Cemburunya Nyonya Calisa adalah tanda sayang. Bukan cemburu dalam arti negatif. Toh Nyonya Calisa tidak hanya cemburu dalam masalah relasi antara pria dan wanita saja. Ia akan cemburu bila merasa benar-benar menyayangi dan menyukai orang-orang yang dicemburuinya itu. Dan bukankah rasa cemburu bisa dikelola? Love is never without jealousy. Terlahir sebagai anak tunggal, terbiasa nyaman dalam limpahan materi dan kasih sayang, mungkin itulah penyebab Nyonya Calisa merasakan cemburu di kesempatan-kesempatan tertentu. Sisi lain Nyonya Calisa yang pencemburu diimbangi dengan sifatnya yang lain: romantis dan penyayang.

Pernah suatu kali Nyonya Calisa dibuat kesal dengan komentar seorang blogger wanita di artikel Tuan Calvin. Tanpa ragu, wanita cantik itu bertanya.

"Calvin, siapa itu Mimy?"

"Mimy hanya teman di media jurnalisme itu, Calisa."

Tuan Calvin termasuk satu dari sedikit orang yang memahami kepribadian Nyonya Calisa. Meski takut seks, benci poligami, tertutup, sensitif, perasa, sulit mempercayai orang lain, dan sedikit keras kepala, ternyata Nyonya Calisa punya rasa cemburu juga.

Tapi itu dulu. Sekarang, setelah Tuan Calvin jatuh sakit dan mempunyai anak istimewa seperti Clara, Nyonya Calisa menjadi lebih bijak. Tak mudah lagi merasa cemburu. Lebih pengertian, peka, dan mengalah. Sering sekali Nyonya Calisa mengalah demi putrinya. Clara jauh lebih membutuhkan Tuan Calvin.

Kembali dipandanginya suami dan anaknya bergantian. Air matanya menetes. Tuan Calvin terlihat semakin rapuh dan kurus. Kanker itu menggerogotinya perlahan-lahan. Meski demikian, kanker hati takkan mampu merenggut ketampanannya. Tekad berkobar kuat di benaknya. Ia harus segera menemukan donor hati. Tuan Calvin harus sembuh.

Tetiba ia teringat sesuatu. Tadi pagi Tuan Calvin memintanya memberikan baju-bajunya yang sudah tidak dipakai untuk orang yang membutuhkan. Meski ini bukan Hari Jumat dan di luar waktu khusus untuk berbagi, tetap saja itu amanah. Kebaikan wajib dilakukan setiap hari.

Buru-buru Nyonya Calisa kembali ke kamarnya. Mengambil dua paperbag berisi penuh pakaian. Semua itu milik Tuan Calvin. Jelas sekali pakaian branded dan mahal. Akan tetapi, Tuan Calvin tak pernah ragu memberikannya pada orang lain.

Diambilnya dua paperbag itu. Dilangkahkannya kaki meninggalkan rumah. Sesaat Nyonya Calisa berpikir-pikir. Pada siapa ia harus memberikan semua pakaian ini? Bersedekah atau beramal kebaikan harus tepat sasaran. Berbagi pada orang kaya yang tidak membutuhkan nampaknya bukan anjuran terbaik. Alhasil, Nyonya Calisa ingin memberikannya pada orang tidak mampu yang benar-benar membutuhkan.

"Nyonya, mau kemana?" sapa salah seorang asisten rumah tangga saat berpapasan di halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun