Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Itu Telah Retak

5 Agustus 2017   06:01 Diperbarui: 6 Agustus 2017   22:01 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun kau adalah pemilik hatiku 
Bagaimana harus kulupakan semua 
Saat hati memanggil namamu

Atau harus kurelakan kenyataan 
Kita memang tak sejalan 
Namun kau adalah pemilik hatiku (Calvin Jeremy-Pemilik Hatiku). 

Berat, sangat berat. Namun itulah kenyataannya. Mulai sekarang, Calvin harus ikhlas. Ikhlas Mamanya dimiliki pria lain. Ikhlas hidup dalam kesendirian dan kesakitan tanpa cinta.

Semua ini terlalu berat untuk dijalani. Sekuat apa pun, Calvin tetaplah punya kelemahan. Kekuatan ada batasnya.

Tanpa bisa dicegah, air bening meluncur bebas dari pelupuk mata Calvin. Dua bulirnya jatuh tepat ke atas tuts piano. Sisanya membekas di pipi dan ujung hidungnya. Mungkin air mata bisa menjadi obat penawar racun kesedihan. Bahkan Calvin yang kuat itu bisa larut dalam kesedihan. Perasaannya tertumpah dalam lagu yang ia bawakan.

**    

Malam itu, Calvin mencurahkan perasaannya lewat tulisan. Layar laptop menampilkan sederet kata yang telah ditulisnya. Beberapa kali ia menghapus kata yang kurang tepat. Isi hatinya tercurah dalam dokumen itu.

Apakah cinta yang telah retak dapat diperbaiki? Mungkinkah cinta yang selama ini bertahan kuat hanya diberikan untuk satu orang telah terbagi?

Bagi saya, cinta itu telah retak. Pernikahan kedua itu menjadi buktinya. Luka di hati saya semakin dalam. Namun, ada satu pelajaran berharga yang dapat diambil dari momen ini: cinta sejati adalah membiarkan orang yang kita cintai berbahagia, walau tak bersama kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun