Senyum tipis menghiasi bibir Renna. “Aku? So far, aku bahagia bersama Albert dan Chelsea. Putri kami yang sangat cantik.”
“Putri angkat, kan?” koreksi Akila.
“Jangan sampai kamu katakan itu di depan Albert. Dijamin dia akan tersinggung. Chelsea sudah seperti anak kandung kami, darah daging kami.”
Alis Akila terangkat. “Oh ya? Pasti kalian sayang sekali sama Chelsea.”
“Of course. Dia milik kami yang paling berharga.” ujar Renna yakin.
“Tidakkah kalian ingin punya anak kandung?”
Disodori pertanyaan seperti itu, Renna terenyak. Keinginan memiliki anak biologis sudah lama pudar. Sebab Renna sadar, keinginan itu tidak realistis. Tidak mungkin dipenuhi dengan kondisi Albert yang jauh dari kata sehat.
“Kami sudah menyerah.” Hanya itu yang bisa Renna katakan.
“Secepat itu?” Akila nampak ragu-ragu.
“Akila, kehadiran Chelsea sudah lebih dari cukup. Kami bersyukur. Dan tak ingin mengharapkan lebih dari itu.”
Renna sungguh telah bahagia dengan hidupnya. Wanita Sunda-Belanda itu mensyukuri apa yang dimilikinya. Dalam hati, Akila salut akan kekuatan dan keikhlasan Renna.