Mendengar itu, Albert tertawa. Mengacak pelan rambut Renna. Merapatkan tubuhnya ke tubuh Renna. Jantung Renna serasa berhenti berdetak. Kini Albert begitu dekat dengannya. Dapat ia hirup wangi Calvin Klein yang sangat khas dari tubuh pria itu.
“My Dear Renna, aku akan baik-baik saja. Percayalah,” ujar Albert lembut.
Renna mengangguk pelan. Memegang halus tangan kanan Albert. “Aku percaya padamu.”
Ketika mereka tiba kembali di rumah dua jam kemudian, Renna mengajak Albert bicara berdua. Chelsea tertidur di kamarnya karena kelelahan. Praktis keduanya memilih menghabiskan waktu sejenak di ruang tengah.
“Ada lagi yang ingin kamu bicarakan padaku?” Albert bertanya, walau jawabannya sudah jelas.
“Ya. Akila menitipkan sesuatu. Dia bilang, kamu harus memakannya.” tukas Renna seraya menyodorkan sekotak kurma muda.
“Akila memintaku memakannya?” ulang Albert.
“Memangnya ini apa?”
“Buka saja.”
Dengan hati-hati, Albert membuka tutup kotak. Ia terperangah melihat sekumpulan Ruhtob di dalamnya.
“Wow, ini kan Ruhtob. Kenapa Akila memberikannya untukku? Mungkin kamu salah persepsi, Renna. Ruhtob ini untukmu.” Albert tak bisa menyembunyikan keheranannya.