Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lupakah Kamu?

15 Mei 2017   06:47 Diperbarui: 15 Mei 2017   07:51 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Anak kecil? Siapa, Chika?”

“David. Dia terus menangis sejak tadi, Al. Kasihan sekali.”

David? Sekejap saja Albert langsung paham. Sesuatu yang buruk telah terjadi. Seorang anak membutuhkan pertolongannya.

“Okey, Chika. Aku ke kantor sekarang ya? Bye.”

Sejurus kemudian Albert menggamit lengan Renna. Sebentar menjauhi Chelsea. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Renna pun mengerti. Albert cukup adil. Ia akan membantu David tanpa menyakiti perasaan Chelsea. Biar bagaimana pun, Chelsea masih merasa cemburu dan tidak aman tiap kali nama David disebut-sebut. Di mata Chelsea, David berpotensi merebut kasih sayang Ayah-Bundanya.

“Kamu bisa ajak dia ke rumah Muti atau Andini.” Albert mengakhiri dengan sebuah solusi.

Renna menggelengkan kepalanya. “Tidak untuk Muti. Dia dan Rafly sedang pergi ke Bali. Mengambil anak yang akan mereka adopsi.”

“Oh iya, benar. So, alternatif satu-satunya adalah Andini. Setelahnya, kamu bisa bantu aku, kan?”

“Of course.”

Usai berdiskusi singkat, keduanya kembali ke meja. Albert menjelaskan sesuatu pada Chelsea. Mengecup keningnya, lalu bergegas pergi. Sejenak Chelsea menatap sedih kepergian ayahnya. Pelan menyentuh keningnya. Beberapa detik lalu, Albert menyentuh kening mulus itu dengan bibirnya. Chelsea masih bisa merasakan wangi susu, Earl Grey, dan Calvin Klein. Wangi Albert yang sangat khas. Satu detail yang selalu melekat dalam ingatannya.

**     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun