“Terima kasih, Ayah. Chelsea suka boneka ini.” ujar Chelsea, tersenyum cerah. Menampakkan lesung pipinya. Menggemaskan. Cute.
“Sama-sama, Sayang.”
Banyak orang tua lain mungkin bertanya-tanya, apakah tindakan Albert membelikan Chelsea barang-barang mahal berlebihan? Albert punya rasionalisasi atas tindakannya. Pertama, Chelsea adalah putri satu-satunya. Putri yang sangat ia harapkan meski bukan darah dagingnya. Kedua, Albert tak ingin menyia-nyiakan sedetik pun waktu yang dimilikinya untuk menyenangkan Chelsea. Umur manusia siapa yang tahu? Terlebih dengan kondisinya yang jauh dari kata sehat. Penyakit Celiac dengan beberapa komplikasinya membuat Albert tak yakin ia bisa hidup lebih lama. Umurnya mungkin tinggal sedikit lagi. Selama masih ada waktu, ia akan melakukan apa saja demi kebahagiaan putri cantiknya. Ketiga, Albert memang mampu membelikan semua barang mahal itu. Apa salahnya ia memanjakan Chelsea jika ia memang mampu? Toh bukan sebuah dosa ketika seorang ayah membelikan sesuatu untuk anaknya.
“Koleksi boneka Chelsea tambah lagi,” kata Chelsea seraya menatapi boneka berukuran ekstra besar barunya.
“Iya, Sayang. Coba Chelsea tunjukkan sama Bunda. Bunda pasti suka.” Albert menimpali. Tak puas-puas memandangi wajah imut anak perempuannya. Bukankah Albert selama ini ingin memiliki anak perempuan? Allah menjawab keinginannya.
“Bunda dimana, Ayah?”
“Di food court, Sayang.”
Menggandeng tangan Chelsea, Albert mengajaknya ke food court. Menaiki eskalator, sesekali berpapasan dengan para pengunjung pusat perbelanjaan lainnya. Entah mereka sekedar window shopping atau berniat membeli sesuatu.
“Hei...anak Bunda keliatannya senang ya? Ooooh...itukah bonekanya? Cantik sekali, Sayang.” sambut Renna. Menunjuk Teddy Bear dalam pelukan Chelsea.
“Chelsea sendiri yang pilih,” jelas Albert. Renna mengangguk, tersenyum kecil.
Waktu makan siang telah tiba. Mereka memesan ice matcha, Earl Grey, dan melted salami chicken. Terlihat Chelsea sangat menikmati kebersamaannya dengan Albert dan Renna. Ia bisa bermanja-manja tanpa intervensi siapa pun. Entah sengaja atau tidak, Chelsea kesulitan memotong fillet ayamnya. Albert dan Renna rupanya tak bisa melihat putri mereka kesulitan melakukan sesuatu. Mereka pun membantu Chelsea. Mengajarinya menggunakan pisau dan garpu dengan benar. Sekali-dua kali menyuapinya.