“Bagaimana perasaanmu, Renna?” tanya Albert di sela membantu Chelsea.
Wanita keturunan Sunda-Belanda itu paham arah pertanyaan Albert. Hari ini adalah hari pertama cutinya. Ia mesti menganalisis perasaannya sendiri. Dan mempertimbangkan ulang pilihannya.
“Aku merasa bahagia, Albert.” jawab Renna.
“Are you sure?”
“Yes.”
“Kini aku semakin mantap pada pilihanku. Aku ingin berhenti sebagai psikolog dan hypnotherapyst.”
Sepasang mata teduh milik pria tampan itu melebar tak percaya. Telah yakinkah Renna dengan pilihannya? Diulurkannya tangan. Lembut digenggamnya tangan Renna.
“Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik, Sayang. Aku tak ingin kamu salah langkah. Pikirkan lagi...ya?” bujuk Albert lembut.
Renna bergumam mengiyakan. Ada baiknya saran Albert dituruti. Karier dan cinta sama-sama penting. Pada akhirnya, Renna tetap harus memilih. Untuk menentukan pilihannya, perlu pertimbangan matang.
Tepat ketika mereka selesai makan, ponsel Albert berdering. Dalam hati Albert menyesali kealpaannya mematikan ponsel. Seharusnya ia menonaktifkan benda canggih itu saat tengah quality time bersama keluarga kecilnya. Terpaksa ia menjawab telepon itu. Ternyata dari Chika.
“Al, ada anak kecil datang ke kantor. Dia mencarimu.” kata Chika di seberang sana.