Apa yang terjadi
Pada cinta suci ini
Setelah sekian lama kuyakini
Mengapa kau pergi
Berjanji takkan kembali
Kauhancurkan hati ini... (Terryana Fatiah-Kepingan Hati).
Dari radio tua di rumah salah satu tetangganya yang ia lewati, lagu itu mengalun sedih. Menembus tepat ke relung hati. Albert Arif terpaku. Sekali lagi ia teringat Ibu.
Mengapa Ibu harus pergi? Apakah Ibu sudah tidak mencintai Bapak lagi? Tegakah Ibu membiarkannya hidup hanya bersama Bapak, setiap hari mendengar hinaan dari teman-temannya jika ia tak punya ibu? Ibu, cinta pertamanya, wanita yang hanya ada dalam doa dan refleksi semunya, pergi dan tak kembali.
Ibu pergi. Kehampaan pun membayangi. Bukan hanya Bapak yang kehilangan, Albert Arif merasakan hal serupa. Pelangi hidupnya seolah berubah menjadi monokrom. Tak ada lagi atmosfer kebahagiaan dalam keluarga kecil itu.
Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Darah segar mengaliri hidungnya. Mengapa sakit itu lagi? Albert Arif belajar menyimpan rasa sakitnya sendiri. Mengeluh pada Bapak pun sia-sia. Bapak tidak akan peduli. Lagi pula mereka tak punya cukup uang untuk pergi ke rumah sakit. Seorang anak sakit parah, dan ia menyembunyikannya dari siapa pun. Ironis sekali, bukan?
** Â Â