Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Cinta

28 Desember 2016   08:01 Diperbarui: 28 Desember 2016   08:39 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sudah, Ayah.” Jawab Albert Fast yakin, meletakkan teks partitur ke bangku belakang mobil. Ia sudah tak memerlukannya lagi.

Tiba di sekolah, Tuan Jonathan mengantarnya sampai ke depan kelas. Seperti biasa Albert Fast memprotes. Menganggap ayahnya terlalu protektif. Teman-teman sekelas menatapnya, geli bercampur senang. Tuan Jonathan cukup populer di sekolah itu. Lantaran keaktifannya di jajaran Komite Sekolah dan kekhasan interaksinya dengan anak tunggalnya.

“Ayah kamu care ya...” komentar Andini sambil tersenyum.

“Iya. Ayah memang gitu.” Albert Fast menanggapi.

“Bagus dong. Oh ya, kira-kira minggu besok ayah kamu bakalan kirim salam dan request cerita lagi nggak ya, di radioku?” timpal Maurin.

Albert Fast tersenyum simpul. “Kayaknya, dia kan suka dengerin acara kamu. Aku dan Andini juga kok.”

“Betul, Maurin. Nanti kalo aku udah di Singapura, aku tetap dengerin kamu siaran.”

Lagi-lagi Andini menyebut Singapura. Albert Fast menggigit bibirnya kuat. Ia belum siap berpisah dengan Andini Fatwa.

Usai kegiatan belajar dan ekstrakurikuler, pesta ulang tahun dan perpisahan Andini dilaksanakan. Para guru dan teman-teman berkumpul. Memberi kata-kata terakhir untuk Andini. Tak lupa menyerahkan kado. Andini tersenyum tipis, sesekali mengusap matanya. Ia pun tak siap berpisah dengan semua guru dan teman sekolahnya.

Tibalah giliran penampilan Albert Fast dan tim vocal group-nya. Pemuda kecil delapan tahun itu duduk di balik piano, memainkan intro dengan sedih. Di kanan-kirinya, Maurin, Nada, Rizal, Tiwi, dan si kembar Aldo-Aldi menyanyi.

Berjanjilah wahai sahabatku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun