[caption id="attachment_417310" align="aligncenter" width="700" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
"Daripada membangun tembok pemisah lebih baik kita membangun jembatan” (hal. 255)
Ketika sedang panas isu perang Israel-Palestina, banyak orang di berbagai belahan dunia yang menyatakan dukungannya terhadap Palestina. Mereka bagai kompor yang terus mengobarkan semangat perlawanan fisik. Ya, mereka memotivasi agar jangan mau ditindas, mendukung serangan balik, bahkan mengirimkan pasukan perang berlatar agama untuk ditempatkan di willayah konflik itu. Penting untuk diketahui bahwa kompor-kompor ini bukanlah korban konflik, melainkan sekedar pengamat saja – seperti saya, seperti kamu. Namun terkadang, semangat balas dendam mereka lebih membakar dibandingkan dengan para korban itu sendiri.
Apakah konflik semata-mata harus diselesaikan dengan kebencian dan kekerasan? Apakah semangat persaudaraan sepenanggunan harus berakhir dengan dorongan untuk balas dendam?