Mohon tunggu...
Kit Rose
Kit Rose Mohon Tunggu... -

Mawar Hitam. Arema 60th.\r\nDid you know about this and that? Well I want to know.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Kaca

22 Januari 2010   07:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Berurusan sama orang yang lagi kasmaran emang susah." Gumamnya.

"Kenapa Jim? Pantainya kalau masih pagi gini sepi, jadi enak untuk dinikmati."

"Aku sih senang-senang aja ikutan menikmati pantai. Dari semenjak di tol tadi sih udah curiga."

"Tapi kok diem aja?" Luvia menggoda.

"Males mau ngomong. Namanya juga lagi pada kasmaran."

Asther menundukkan wajahnya menyembunyikan gelisah, sementara Jimmo tak mau mempedulikan tawa Luvia dan Syam. Sampai pada pasir-pasir yang masih belum ramai pengunjung Syam menghentikan mobilnya. Dibukanya pintu mobil dan keluar diikuti yang lain.

"Dah sana, cari pojok yang sepi. Tapi karena pantai nggak ada pojok gelapnya, masuk aja ke hutan." Sinis Jimmo bergumam lalu menyalakan kreteknya menahan jemu. Disisirnya pantai tanpa semangat, dipandangnya laut dengan tatapan hampa. Dihembuskannya nafas lelah tanpa ingin menoleh. Dicarinya rumah kacanya pada titik terjauh birunya samudra tanpa mampu mengetuk pintunya.

Syam dan Luvia memasuki mobil sambil berteriak diiringi derai tawa. Sementara Asther ketakutan tak tahu harus bersikap apa, tak berani menatap Jimmo yang wajahnya semakin mengeras.

"Sorry Jim, toko baju pengantinnya keburu tutup, nanti sore kalian aku jemput, hati-hati ya." Teriak Syam semakin berderai tawanya.

"Mas Jimmo, nitip Asther ya, jangan diapa-apain." Luvia berteriak dari dalam mobil sambil memeluk Syam dengan mesra.

Jimmo berjalan mendekati mobil tapi Syam dan Luvia sudah menjauh masih dengan tawa berderai. Dihampirinya Asther lalu ditariknya tangan gadis itu dengan kasar. Air mata sudah memenuhi pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun