Perkembangan berdasarkan perspektif behaviourisme :
a. Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku
b. Perubahan dapat diamati atau di ukur
c. Perkembangan terjadi (sebagian besar) karena lingkungan
Aplikasi perspektif behaviourisme dalam pendidikan yaitu :
c. Siswa berlatih karena latihan berulang
      Perbedaan perspektif behaviourisme dengan perspektif lain adalah menekankan factor ekstern sebagai sumber perilaku manusia. Behaviorisme berbeda dengan kebanyakan pendekatan lain karena mereka melihat orang (dan hewan) sebagai dikendalikan oleh lingkungan mereka dan secara khusus bahwa kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dari lingkungan kita. Behaviorisme berkaitan dengan bagaimana faktor lingkungan (disebut rangsangan) mempengaruhi perilaku yang dapat diamati (disebut respon). Pendekatan behavioris mengusulkan dua proses utama dimana orang belajar dari lingkungan mereka:. Pengkondisian yaitu klasik dan operant conditioning Pengkondisian klasik melibatkan pembelajaran oleh asosiasi, dan pengkondisian operan melibatkan belajar dari konsekuensi perilaku.
 Perspektif biologis berfokus pada bagaimana berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh memengaruhi perilaku, perasaan, dan pikiran seseorang. Dalam perspektif ini, muncul psikologi evolusi sebagai sebuah spesialisasi populer yang berfokus pada bagaimana perilaku yang dipengaruhi oleh faktor genetis dan yang bersifat fungsional atau adaptif selama proses evolusi di masa lampau dapat tercermin dalam berbagai perilaku, proses mental, dan trait kepribadian kita saat ini.[24] Para Psikolog yang menerapkan perspektif biologis mempelajari cara berbagai peristiwa fisik ini berinteraksi dengan peristiwa di lingkungan eksternal sehingga menghasilkan persepsi, ingatan, dan perilaku.[25] Topik utama dalam perspektif ini adalah sistem saraf, hormon, zat kimia di otak, hereditas, dan pengaruh revolusi. Ilmu Pengetahuan dari Segi Ontologi, Epistimologi, dan AksiologiOntologi SainYakni membicarakan tentang hakikat dan struktur sain kita dituntut untuk berhipotesis berdasarkan rasio.Hakikat Pengetahuan SainSain adalah jenis pengetahuan rasional empiris. Kerasionalan tersebut erat kaitannya dengan sifat hipotesis, maka pada hakikat sain, kita dituntut untuk berhipotesis berdasarkan rasio.Tentang masalah empiris, KBBI mengartikannya sebagai suatu hal yang didapat dari hasil percobaan. Maka, hipotesis yang diuji oleh eksperimen berkali-kali dan menunjukkan keselarasan antara keduanya akan dihasilkan suatu teori baru. Teori tersebut adalah teori yang rasional-empiris.Struktur sain dibagi menjadi dua. Yakni sain kealaman dan sain sosial. Berikut adalah penjabaran struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu diantaranya :Sain KealamanAstronomiFisika ; Mekanika, bunyi, cahaya dan optic, fisika nuklirKimia : Kimia organic, kimia teknikIlmu bumi : Paleontologi, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografiIlmu hayat : Biofisika, botani, zoologiSain SosialSoisologi : Komunitas, politik, pendidikanAntropologi : Antropologi Budaya, antropologi ekonomi, antropologi politikPsikologi : Psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormalEkonomi : Ekonomi pendidikan, ekonomii pedesaan, ekonomi makroPolitik : Politik dalam negeri, hokum, politik internasionalEpistimologi SainEpsistimologi menguraikan objek-objek pengetahuan sain dan cara-cara memperoleh serta mengukur kebenaran pengetahuan sain.   Jujun S. Surisumantri (1994) menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman panca indera manusia.   Berbicara mengenai objek, sain memiliki banyak obhek penelitian. Dari penelitian tersebut akan melahirkan teori-teori. Teori-teori tersebut yang akan terbagi menjadi beberapa cabang sain.Cara memperoleh pengetahuan sainSejak tahun 600-an manusia berkembang oleh pengalaman-pengalaman. Yang mulanya hanya terdapat pengetahuan fisafat, maka setelahnya terbitlah pengetahuan sain dan mistik.   Awal perkembangan didorong oleh paham humanisme dimana manusia secara naruliah mampu mengatur dirinya dan alam.*   Maka terbitlah pikiran untuk membuat suatu aturan untuk mengatur alam. Aturan tersebut harusnya mampu dibuat berdasar dan bersumber pada sesuatu yang dimiliki dan melekat pada manusia, ialah akal. Karena akal pada setiap orang bekerja berdasa aturan yang sama yang dihasilkan oleh logika alami. Maka, humanism melahirkan rasionalisme.   Rasionalisme adalah paham bahwa pencari dan pengukur pengetahuan adalah akal. Akan tetapi, terkadang dalam suatu kasus terdapat cara pandang dan kemajemukan tak menentukan mana yang benar dan salah. Karena kemungkinan akan menghasilkan banyak teori salah-benar bergantung pada perspektif. Maka kita membutuhkan aturan yang dapat disepakati bersama, dan terlahirlah empirisme.   Empirisme ialah paham yang mengajarkan bahwa kebenaran yang hakiki adalah logis dan terbukti empiris. Namun, empirisme mempunyai kekurangan yakni tidak adanya alasan sebagai acuan untuk menakar logika dan bukti empiris tersebut. Maka hadirlah positivism sebagai bentuk penyempurnaan paham-paham sebelumnya.   Positivisme memandang kebenaran sebagai sesuatu yang logis dan terbukti secara empiris serta terukur. Jadi, paham ini  memiliki ukuran-ukuran kuantitatif yang tidak memungkinkan adanya perbedaan pendapat.   Maka telah sempurnalah posisi terbentuknya suatu aturan alam.Ukuran Kebenaran Pengetahuan SainIlmu adalah teori, maka ketika kita ditanya tentang ukuran kebenaran sain, maka sesungguhnya yang kita cari adalah ukuran kebenaran teori-teori sain. Teori didapatkan dari hipotesis yang terbukti. Dalam sain pernyataan yang sudah benar secara logika dapat disebut sebagai tetapi belum ada bukti empirisnya. Sedangkan hipotesis dikatakan benar bila hipotesis tersebut logis.Ontologi SainMemaparkan tentang kegunaan sain, penyelesaian masalah, dan netralitas sain.Kegunaan Pengetahuan SainTeori sebagai Alat Eksplnasi