Mohon tunggu...
Syafa Kirana
Syafa Kirana Mohon Tunggu... Human Resources - Psychologist Candidate | Long-life Learner

Full time learner. Enjoy to talk about people development, career preparation, business development, recruitment and all about psychological field.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Pengembangan Ilmu Psikologi sebagai Disiplin Ilmu

25 Oktober 2017   12:51 Diperbarui: 25 Oktober 2017   13:07 7444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

a. Fase Oral (memperoleh rasa percaya)

 

Pusatnya di mulut seperti mengunyah dan menghisap. Kegagalan periode ini berakibat keserakahan, ketakutan untuk menjangkau orang lain, harga diri rendah, tidak mampu membina hubungan akrab.

b. Fase Anal (rasa bergantung yang sehat, mandiri)

Pusatnya saat melibatkan anus dan saluran kencing dan berbagai fungsi pengeluaran yang berkaitan dengan mereka. Kompulsi, kehilangan kepercayaan diri, ketidak mampuan menerima perasaan-perasaan dirinya sendiri.

c. Fase Phalik

Berpusat pada alat kelamin. Konflik-konflik moral, sangat patuh moral tapi hanya karena takut, rasa berdosa.

d.Fase Genital (remaja dan dewasa)
            Berpusat di luar keluarga.

Freud berpendapat bahwa individu dapat menjadi terpaku pada tahapan perkembangan mana saja jika ia terlalu dimanjakan atau kurang dimanjakan pada satu tahap.[15]

 Sudut pandang humanistik menekankan pada kapasitas seseorang untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri, dan berbagai kualitas positif manusia. Para psikolog humanistik meyakini bahwa tiap-tiap kita memiliki kemampuan untuk coping, mengendalikan hidup kita, dan mencapai apa yang kita inginkan.[16] Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang humanistik memiliki definisi berupa manusia yang secara alami memiliki potensi tumbuh dan berkembang dalam kehidupan. Tiap manusia memiliki kapasitas untuk mengontrol perilaku mereka, serta mencari dan mencapai potensi penuh (jika diberikan). Salah satu dorong dibalik perkembangan psikologi humanistik adalah untuk bergerak di luar psikoanalisis Freud dan behaviorisme kepada sesuatu yang mungkin menangkap kekayaan dan potensi positif aspek hakikat manusia.[17] Para psikolog humanistik juga mengingatkan kita bahwa kita perlu mempertimbangkan seseorang secara keseluruhan dan kecenderungan positif dalam hakikat manusia.[18] Sudut Pandang Kognitif Menurut pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum Perang Dunia II berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari pengindraannya, tetapi masukan dari pengindraan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisirkan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.[19] Tokoh psikolog lainnya, Kurt Koffa juga membuktikan bahwa simpanse dapat mengambil pisang yang terletak di luar kandangnya dengan menyambung dua batang pipa, walaupun simpanse itu belum pernah mendapatkan pengalaman seperti itu.[20] 
  • Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran. Penjelasan lebih singkat mengenai sudut pandang ini dapat disimpulkan menjadi menekankan proses mental pada presepsi, ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan area-area perilaku lainnya. Pikiran lebih dahulu terproses baru perasaan yang diikuti tindakan. Hal ini didasarkan pada penilaian terlebih dahulu terhadap hal tersebut.
  • Sudut Pandang Sosiokultural
             Perspektif ini lahir setelah dipengaruhi oleh pemikiran Edward Alsworth Ross(1908), ia melihat bahwa perilaku sosial itu tidak dilihat dari sudut individualnya, melainkan lebih mendalam ke dalam kelompok sosial. Ia menyatakan bahwa seseorang bertindak selalu dalamsocial current(kekinian sosial).Oleh karena itu dapat menyebabkan meluasnya emosi dalam suatu kerumunan (crowd) ataupun kegilaan (craze) pada seseorang. Ia melihat "kegilaan" tersebut dari unsur psyche, kelompok sebagai keseluruhan daripada individual anggota kelompok. Ia memandang kegilaan dan fads sebagai produk dari jiwa mod (a mob mind) yang menyebabkan interes irasional, dan hilangnya perasaan maupun opini individual yang di akibatkan oleh adanya sugesti dan imitasi.[21]             Seorang sosiologi, Sumner (1906) mengembangkan konsep teori ini. Lahirnya pemikiran dan perspektif sosiokultural modern banyak di pengaruhi oleh faktor-faktor dari level kelompok seperti nasionalitas, kelas sosial, dan trend sejarah yang berkembang. Teoritisi Sosiokultural melihat peran pentingnya norma sosial (social norm) atau aturan mengenai perilaku dalam membentuk perilaku sosial.[22] Sudut Pandang Belajar/Behaviorisme Menekankan lingkungan dan pengalaman mempengaruhi tindakan seseorang/hewan (meliputi behaviorisme/tingkah laku) & menekankan pentingnya hadiah/penguatan dan hukuman/sanksi. Topik utama yang dipelajari dalam perspektif ini ialah lingkungan dan pengalaman. Perspektif Behaviorisme juga memiliki sub bahasan yang dinamakan behavioral yang memiliki topik utama determinan lingkungan terhadap perilaku yang teramati. Juga sosial-kognitif yang memiliki topik utama pengaruh-pengaruh lingkungan, observasi dan imitasi, kepercayaan dan nilai-nilai.[23]

 

            Belajar menurut sementara orang, adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu. Perspektif behaviorisme dikemukakan oleh John Broades Watson: perspektif behaviourisme adalah paham yang sangat percaya bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil dari pembelajaran. Manusia dilahirkan dengan sejumlah reflex yang terbatas. Sedangkan belajar adalah hasil dari pengkondisian reflek-reflek tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun