Mohon tunggu...
Syafa Kirana
Syafa Kirana Mohon Tunggu... Human Resources - Psychologist Candidate | Long-life Learner

Full time learner. Enjoy to talk about people development, career preparation, business development, recruitment and all about psychological field.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Pengembangan Ilmu Psikologi sebagai Disiplin Ilmu

25 Oktober 2017   12:51 Diperbarui: 25 Oktober 2017   13:07 7444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa di mana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal.gejala kejiwan dipelajari secara lebih sistemati dan objektif. Selain metode eksperimen digunakan pula metode instrospeksi oleh W. Wundt. Gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal sebagai sisiolog dan filosof dan orang pertama yang menguku dirinya sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak psikolog. Sejak itu psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjan psikologi, menyusun teori-teori psikologi dan keragaman pemikiran-pemikiran baru.

Psikologi mulai bercabang ke dalam berbagai aliran. Psikologi sebagai suatu ilmu, tidak lepas dari perkembangan psikologi itu sendiri, serta ilmu-ilmu yang lain. Dari waktu ke waktu psikologi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan, sesuai dengan perkembangan keadaan. Oleh karena itu psikologi sebagai suatu ilmu mempunyai sejarah tersendiri,hingga merupakan psikologi dalam bentuk yang sekarang ini. Dari pemikiran para ahli yang mungkin saling mempunyai pandangan yang berbeda akan mengacu perkembangan psikologi.

1. Psikologi dipengaruhi oleh filsafat

Para ahli psikologi dahulu adalah juga ahli filsafat. Dapat dimengerti kalau pemikiran tentang kejiwaan dipengaruhi oleh pemikiran filsafat. Bahkan pada zaman Plato dan Aristoteles, psikologi masih menyatu dengan filsafat sebagai induk segala ilmu. Pengaruh filsafat terhadap psikologi berlangsung sejak Zaman Baru (1800 M). Dua orang filsuf yang juga menyelidiki kejiwaan manusia adalah Plato dan Aristoteles.

 

a. Psikologi Plato Plato (427 s/d 347 SM) menganggap manusia memiliki 3 kekuatan rohaniah yang disebut "Trichotom." Kekuatan itu terdiri dari kekuatan pikiran yang berada dikepala, kemauan yang berada di dada, dan keinginan yang berada diperut. Lebih dalam Plato berpendapat bahwa suaatu kebenaran yang hakiki tidak dapat dicapai dengan suatu yang tampak oleh indra, karena segala sesuatu yang tampak oleh indra adalah bayangan dari hakikat.[3]
b. Psikologi Aristoteles (384 s.d 322 SM), murid Plato, memutuskan pandangan bahwa makhluk berjiwa di alam ini adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Masing-masing memiliki jiwa yang berurutan rendah tingginya. Tumbuh-tumbuhan mengandung jiwa terendah yang disebut "Animavegatativ", fungsinya hanya terbatas pada makan dan berkembangbiak. Hewan mempunyai jiwa yang agak tinggi yang disebut "Animasansitive", fungsinya mengindra menggunakan nafsunya untuk bergerak dan berbuat. Manusia memilki jiwa tertinggi disebut "Animaintelektive", fungsinya sangat penting, yaitu antara lain yang pokok adalah berfikir dan berkehendak. Aristoteles membagi fungsi jiwa manusia atas dua, yaitu berfikir dan berkehendak.
c.Psikologi Abad Tengah, psikologi mulai difikirkan secara deduktif. Tokohnya, diantaranya Thomas Aquine, yang berpendapat bahwa badan dan jiwa merupakan satu ke satuan yang dapat dipisahkan.[4]
d. Rasionalisme
Tokohnya adalah Descartes, dengan pandangannya yang terkenal: "cogeto ergo sun ( berfikir saya ada). Objek psikologi ialah gejala-gejala kesadaran yang membagi tingkah laku menjadi dua bagian: yaitu tingkah laku raional dan mekanisme.
e. Empirisme
Pengetahuan hanya dapat dicapai dengan pengamatan dan pengalaman. Tokoh-tokohnya diantaranya Francis Bacon dan John Locke.

2. Psikologi Dipengaruhi oleh Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih lanjut, perkembangan psikologi berangsur-asur melepaskan diri dari corak pemikiran filsafat dan mengalami perkembangan pesat. Metode yang digunakan yaitu penyelidikan dan pandangan. Hal ini akan lebih tampak jelas dalam bahasan sebagian psikologi yang muncul pada zaman itu:
a. Psikologi asosiasi

Sejak awal abad ke-17, psikologi asosiasi merupakan salah satu aliran psikologi yang dipengaruhi secara tidak langsung, oleh ilmu pengetahuan alam (khususnya fisika). Metode yang digunakan oleh aliran ini dalam usaha mempelajari jiwa adalah metode analitis sintetis. Tanggapan-tanggapan, ingatan-ingatan, dan pengindraan merupakan unsur-unsur jiwa yang diutamakan oleh aliran ini salah seorang tokoh aliran asosiasi dalam psikologi ini adalah John Stuart Mill (inggris). Dia mempelajari psikologi secara ilmu kimia.[5]
b. Psikologi unsur (elemen)

Psikologi unsur sesungguhnya dapat dianggap sebagai nama lain dari psikologi asosiasi, karena dalam bentuk pendapat-pendapatnya masih bercorak asosiatif. Meskipun demikian, karena titik tekan psikologi unsur ini padaanggapan bahwa jiwa merupakan kumpulan dari unsur-unsur kejiwaan yang berdiri sendiri, maka beberapa ahli menggolongkannya sebagai psikologi unsuryang berdiri sendiri. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Fredrische Harbert dan Herbart Spencer.

  • Psikologi dari Roma ke Abad Pertengahan
  •             Kebudayaan Romawi mengadopsi filsafat yunani Klasik, namun mengembangkan perspektif Romawi yang unik, sebagaimana tercermin pada kaum stoik dan Epikurean. Kaum stoik memiliki pandangan konservatif tentang kemanusiaan yang ditentukan oleh takdir alam. Penyesuaian bagi manusia mencakup kerja sama dengan desain universal. Berlawanan dengan itu, bagi kaum Epikurean kebahagiaan hanya mencakup pencarian kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Berbagai ajaran plato dihidupkan kembali oleh plotinus, dan mendominasi filsafat Romawi pada tahun-tahun awal kristenitas. Antuisiasme misionari para penganut kristen dan efisiensi perdamaian pemerintahan Romawi berperan dalam cepatnya penyebaran kristenitas. Ajaran-ajaran Yesus dalam berbagai interpretasi pesan kristen berkembang dari basis Yahudi ke fondasi dalam filsafat Yunani. Selain para pendeta gereja terdahulu, Agustinus berhasil memasukan ajaran platonik dalam teologi Kristen. Dengan jatuhnya kekaisaran Barat, kehidupan intelektual di Barat, kehidupan intelektual di Barat mengalami kemandekan , dan hanya gerakan monastik yang dapat menyelamatkan sedikit wujud peradaban Yunani dan Romawi. Kepausan memiliki peran utama tidak hanya dalam bidang spiritual, namun juga dalam pemerintahan sipil, yang mencapai puncaknya dalam seruan untuk melakukan perang salib. Meskipun demikian, pada masa perang salib, Eropa relatif dalam kedamaian dan kehidupan intelektual mulai berputar. Keterpaparan dengan warisan kebudayaan islam menghidupkan kembali minat Eropa terhadap karya-karya besar peradaban kuno, dan kebangkitan intelektual besar-besaran segera menggoncang Eropa keluardai titik nadir intelektual dari feodalisme.
  • Psikologi Sebagai Ilmu yang Mandiri
  •  
  •             Psikologi, dilakukan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium Psikologi pertama di dunia, di Leifzig, pada tahun 1879.[6] Sebelumnya, bibit-bibit psikologi sosial mulai tumbuh, yaitu ketika Lazarus dan Steindhal pada tahun 1860 mempelajari bahasa, tradisi, dan institusi masyarakat untuk menemukan " jiwa umat manusia" (human mind) yang berbeda dari "jiwa individual". Usaha Lazarus dan Steindhal, yang sangat dipengaruhi oleh ilmu antropologi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Wundt sendiri, yang pada tahun 1880, mulai mempelajari "Psikologi Rakyat" (Folk Psychology) dan menyejajarkannya dengan psikologi individual dalam eksperimen-eksperimennya. Eksperimen Wundt dalam bidang psikologi rakyat itu, antara lain, untuk menemukan " proses mental yang lebih tinggi" (higher mental process) dari kelompok atau rakyat, yang berbeda dari proses mental individual. Yang diteliti dalam laboratorium psikologi tersebut, terutama mengenai gejala pengamatan dan tanggapan manusia, seperti persepsi, reproduksi, ingatan, asosiasi dan fantasi. Tampak bener bahwa tokoh-tokoh psikologi eksperimental ini terutama meneliti gejala-gejala yang masuk Bewuszteseinpsychologie, atau gejala-gejala psikis yang berlangsung didalam jiwa yang sadar bagi diri manusia itu, sesuai dengan rumusan Descartes mengenai jiwa, yaitu bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala kesadaran manusia. Gejala-gejala jiwa "bawah sadar" belum diperhatikannya.
  •  
    •             Sebenarnya, Gustav Theodor Fechner (1807-1887) merupakan pemula dari psikologi eksperimental. Ia sudah melakukan eksperimen-eksperimennya belasan tahun sebelum Wundt mendirikan laboratorium psikologi. Namun, karena pada zaman Fechner, psikologi belum diakui sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ia lebih dienal sebagi seorang Psychopyscian (dokter jiwa) ketimbang sebagai ahli psikologi. Tokoh lain pada awal dijadikannya psikologi sebagai ilmu yang mandiri, selain Fechner, adalah Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz (1821-1894). Helmholtz digkenal sebagai seorang empiriskus dengan keahlian ilmu faal, fisika, dan psikologi. Ia dilahirkan di tempat Berlin di Potesdam. Ayahnya adalag seorang tentara yang kemudian menjadi guru dalam mata pelajaran filsafat dan bahasa (filologi). Sebagai empirikus, Helmholetz menentang apa yang disebut stahuan yang ebagai mentalesem, dan menurutnya psikologi, merupakan pengetahuan yang eksak dan banyak bergantung pada matematika. Meskipun begitu, ia mengakui adanya naluri (instinct), walaupun sudah dianggapnya sebagai misteri yang belum terpecahkan. Ia pun mengakui bahwa hewan mempunyai kepandaian khusus yang tidak dipengaruhi oleh pengalaman.
    •             Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian dan penelidikannya, timbullah berbagai aliran psikologi yang bercorak khusus. Adapun ciri-ciri khusus sebelum abad ke 18, antara lain:
    • 1. Bersifat elementer, berdasarkan hukum-hukum sebab akibat
    • 2. Bersifat mekanis
    • 3. Bersifat sensualistis (mementingkan pengetahuan dan daya pikir)
      4. Mementingkan kuantitas
    • 5. Hanya mencari hukum-hukum
    • 6. Gejala-gejala jiwa dipisahkan dari subjeknya.
      7. Jiwa dipandang pasif, dan
    • 8. Terlepas dari materi-materi.
    •             Dengan mengetahui ciri-ciri kehas dari psikologi kuno (berdasarkan filsafat dan ilmu alam), kita dapat mengetahui ciri-ciri khas dari psikologi modern yang antara lain, tampak sebagai berikut:
    • 1. Bersifat totalitas
    • 2. Bersifat teologis (bertujuan)
    • 3. Vitalistris biologis (jiwa dipandang aktif dan bergerak dalam hidup manusia)
      4. Melakukan pendalaman dan penyelamanan terhadap jiwa (verstehend)
    • 5. Berdasarkan nilai-nilai
    • 6. Gejala-gejala jiwa dihubungkan dengan subjeknya
    • 7. Memandang jiwa aktif dinamis
    • 8. Mementingkan fungsi jiwa
    • 9. Mementingkan mutu atau kualitas
    • 10. Lebih mementingkan perasaan.
    •             Dalam uraian yang lebih simpel, perbedaan antara psikologi lama (kuno) dan psikologi modern, adalah sebagai berikut :
      a) Psikologi Lama (Kuno)
    • Psikologinya adalah psikologi unsur, yaitu mendasarkan pandangan pada elemen dan unsur-unsur yang berdiri sendiri dan diselidiki sendiri-sendiri
    • Dalam peninjauannya, mencari hukum sebab-akibat, hukum kausal,dan bersifat mekanis
    • Meninjau kehidupan kejiwaan secara terpisah dari subjeknya, yaitu manusia. Oleh karena itu, disebut kehidupan jiwa yang pasif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun