Â
b. Fungsionalisme
Oleh William James (1842-1910), berpendapat bahwa pencarian yang dilakukan Wundt dan Titchener salah. Karena otak dan pikiran terus menerus berubah.[8]
c. Psikoanalisis/Psikodinamika
Â
Sebuah teori dan metode terapi yang dirumuskan oleh Sigmund Freud dan menekankan pada motif serta konflik tidak sadar. Freud berpendapat bahwa kesadaran yang kita ketahui seperti gunung es mental. Dibalik permukaan yang terlihat, terdapat berbagai pikiran yang tidak disadari, yang mengandung berbagai harapan, gairah, rahasia, yang menimbulkan perasaan bersalah, teriakan tidak terucap, dan konflik antara hasrat dan kewajiban yang tidak terungkap.[9]
Â
Sudut Pandang Psikodinamika/Psikoanalisis Sudut pandang psikodinamika (psychodynamic perspective) memandang kepribadian pada dasarnya ketidaksadaran (yaitu, di luar kesadaran) dan berkembang dalam berbagai tahapan. Kebanyakan sudut pandang psikodinamika menekankan bahwa pengalaman dini dengan orang tua memerankan peran penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Para ahli teori psikodinamika meyakini bahwa perilaku hanyalah karakteristik di permukaan dan bahwa untuk benar-benar memahami kepribadian seseorang kita harus menjelajahi makna-makna simbolis perilaku dan cara kerja pikiran yang dalam.
[10]Â
- Berbagai karakteristik ini disketsakan oleh arsitek teori psikoanalisis, Sigmund Freud.
- Teori Psikoanalisis Freud
       Sigmund Freud (1917) seorang filsuf sekaligus pemikir yang sangat berpengaruh pada abad ke-20, ia dilahirkan di Austria tahun 1856 dan wafat di London pada usia 83 tahun. Freud mengembangkan psikoanalisis, pendekatannya pada kepribadian, dari praktiknya dengan banyak pasien yang menderita
histeria[11]. Misalnya, seseorang mungkin tidak mampu melihat, meskipun matanya benar-benar sehat atau tidak mampu berjalan, meskipun tidak memiliki cedera fisik. Freud memahami bahwa berbagai gejala historia disebabkan oleh berbagai konflik psikologis yang tidak disadari. Salah satu pasien Freud, Fraulein Elisabeth Von R., menderita rasa sakit yang sangat  pada kakinya yang membuatnya tidak dapat berjalan. Melalui analisis, Freud menemukan bahwa Fraulein Elisabeth memiliki sejumlah pengalaman dimana ia hanya ingin berjalan-jalan, tetapi ia tida dapat melakukannya karena kewajibannya pada ayahnya yang sedang sakit.       Freud meyakini bahwa kepribadian memiliki tiga struktur yang ia sebut id, ego, dan super ego.[12] Id adalah aspek yang paling mendasar, kurang terorganisasi, buta, menuntut, berusaha melepas ketegangan agar homeostatis. Menurutnya, id diibaratkan sebuah benda yang merupakan bagian dari diri yang terdiri dari berbagai dorongan ketidak sadaran dan tempat penyimpanan energi psikis seseorang. Id tidak bersentuhan dengan kenyataan dan bekerja menurut
prinsip kesenangan. Dalam konsep Freud, id selalu mencari kesenangan dan menghindari sakit.Â
- Â Â Â Â Â Â Â Â Â Ego merupakan struktur kepribadian yang menangani tuntutan kenyataan. Ego berperan seperti eksekutif kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur kesadaran. Ego taat dalam prinsip kenyataan yang mencoba membawa kesenangan individu dalam norma-norma masyarakat. Sementara id berada dalam wilayah ketidaksadaran, ego sebagian berada pada wilayah kesadaran. Ia memiliki fungsi penalaran, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Â
      Superego merupakan kode moral untuk menilai apakah tindakan baik atau buruk, benar atau salah, mendorong pada kesempurnaan, menghambat impuls Id, dan berhubungan dengan imbalan dan hukuman. Id dan ego tidak mempertimbangkan apakah sesuatu itu salah atau benar. Superego merupakan hakim internal dari perilaku kita.
Â
Sublimasi, kehendak yang tidak diterima disalurkan dalam sosial tinggiDenial, menyangkal kenyataanRegresi, kembali ke tahap awalTahapan-Tahapan Psikoseksual Perkembangan Kepribadian       Freud meyakini bahwa kepribadian merupakan hasil pengalaman dini dari kehidupan mereka. Daerah sensitif seksual, menurut Freud, merupakan bagian-bagian tubuh yang memiliki kualitas memberikan kenikmatan yang sangat kuat pada tahapan perkembangan tertentu.[14]Â
Lihat Humaniora Selengkapnya