Sementara itu, Rahman yang menyaksikan kejadian itu dari pintu kelas, dengan gemetar memanggil-manggil Aya, yang sepertinya tidak menyadari kalau ulahnya yang bermalas-malasan membersihkan lantai di depan kelasnya, telah berakibat buruk. Aya masih asyik mengepel sambil bersenandung kecil.
"Aya... Ayaa" panggil Rahman gemetar.
Aya menghentakkan alat pelnya ke lantai dan menatap Rahman dengan wajah kesal,
"Iya..iyaaa! Cerewet amat sih jadi cowok! Nih aku pel nih. Biar kamu puas!" katanya kesal sambil memutar badannya, bermaksud untuk membersihkan genangan air yang telah membuat Ivan terjatuh.
Ketika itulah Aya melihat Ivan, Erick dan pengawal-pengawalnya berdiri dalam jarak 3 kaki darinya. Aya menjerit tertahan dengan mata melotot ketakutan. Aya seketika memutar badannya dengan wajah pucat, mencoba untuk menghindar. Aya berjalan pelan setengah berjinjit, mencoba untuk melarikan diri. Erick tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada Aya dan menatap punggungnya geram,
"Kau pikir kau mau lari kemana?!" panggil Erick tajam.
Aya membeku seketika. Badannya bergetar keras sambil memegangi alat pelnya. Dengan suara tertahan Aya menjawab,
"Saya... saya... tidak kemana-mana, Senior"
Erick menatap punggung Aya curiga,
"Balikkan badanmu!" perintah Erick.
Alat pel yang dipegang Aya bergetar semakin keras. Aya tambah ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Riska yang penasaran dengan suara ribut di luar kelas, keluar dari kelas dan berdiri di sebelah Rahman. Dia terkejut melihat situasi yang dialami Aya. Riska menjerit tertahan.