Herland memandang Widy. Â Dia berbisik. "Grand Preanger? Waktu itu kamu pulang pagi? Ibumu menelpon aku? Laki-laki itu berbuat apa padamu? Kamu kok nggak cerita!"
"Sudahlah! Kang Syafri juga tahu dan sudah menerimanya." Widy mulai menitik air mata.
"Sudahlah Ratuku!" ucap Syafri.
Herland memandang Syafri. "Kapan-kapan kalian cerita ya? Kalau soal kehormatan, tidak boleh dibiarkan!"
Angga juga melihat Widy dan Syafri. "Kok kalian tidak cerita!"
"Sudahlah, Widy sudah jadi istriku. Apa pun hanya terjadi, dia tetap istriku sampai nafas terakhir!"
Pemeriksaan selesai menjelang tengah malam. Â Rencananya Herland mengantarkan Widy, Syafri dan Daus ke Pasir Kaliki lalu Kintan ke rumah orangtua Widy.
"Hardja menodaimu?" tanya Herland dalam perjalanan. Â Dia melihat Kintan sudah tertidur. Jadi aman menanyakan hal itu.
Widy tidak menjawab. Dia hanya menyembunyikan kepalanya di badan Syafri.
Daus hanya menepuk pundaknya. "Ya, sudah wahang jaga dia saja!"
Syafri mengangguk terlihat di kaca spion dan Syafri memandang ke arah kaca spion. Herland tahu itu konfirmasi dugaannya. Â