"Nggak, ah, Aku Gemini yang kali ini tidak lagi mau mendua," jawab Syafri sambil mengunyah carabikang. Tanggung. Widy sudah mendengar.
Widy menahan geli. "Aa, kalau di rumah rakus."
"Waah, sudah makan bersama calon mertua ya?" seloroh Angga.
Lycieum, Dago, Bandung, pukul 19.00
Angga, Mitha, Yoga, Hein, Rinitje dari Geng Bandung Memang Hebat duduk berderet. Syafri agak kesal bisa-bisanya hanya dia dan Widy duduk berdua terpisah dari yang lain. Pasti sudah diatur. Mereka bahkan berada di antara pria berusia di atas 50 tahun pada bagian depan biar menyaksikan dan mendengarkan musik lebih dekat.
Tiga pelajar perempuan keturunan Tionghoa membuka pertunjukkan dengan biola. Irama musiknya begitu halus dan berpadu.
"Blue Danube!" ucap Syafri terpesona.
"Kamu tahu musik itu? Aku rasanya pernah mendengar waktu kecil," timpal Widy.
"Karya Johan Strauss. Sepupuku di Jakarta jago memainkan biola musik waltz. Â Itu musik buat dansa," tutur Syafrie.
"Wah, bisa dong buat musik kita berdasa?" kata Widy.
"Tetapi dansa waltz lembut, bayangkan kamu berada di dekat danau dengan daun-daun hijau dengan keheningan lalu musik itu mengalun," terang Syafrie.