Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome, Episode Berdansa di Kota Romantis Bagian Keempat

21 Juni 2024   21:45 Diperbarui: 21 Juni 2024   21:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah berapa jam dia curhat dan aku juga cerita masa laluku.  Tiba-tiba aku ingin dekat dengan dia? Setidaknya sebagai sahabat. Terpikat? Nggak tahu. Sedikit barangkali.

Aku pernah bermimpi buruk tentang masa lalu ketika  Malang dilanda wabah Pes sekitar 100 tahun lalu.  Aku punya pasangan di sana terkena petaka itu. Mengerikan. 

Sebetulnya aku sudah mengusulkan agar liputan edisi kedua ke Malang-Batu biar bisa menjadikan  kawanku  itu sebagai pemandu dan ikut menulis. Tetapi Nina mengincar Yogyakarta pada Agustus nanti yang lebih kuat popularitasnya.   

Setahu aku bangunan bersejarah Yogyakarta memang lebih unggul dari Malang, juga kulinernya.  Yogyakarta punya Kraton dan Taman Sari hingga pusat batik.  Tetapi Malang aku lebih menguasai sejarahnya, setahu aku ada toko-toko dan kuliner tua, seperti Toko Oen dan Rumah Makan Cairo.

Namun aku khawatir toko tua yang aku riset dengan usah payah pada 1990-an tidak lagi ada. Yogya memang lebih unggul menjaga bangunan bersejarahnya sebab siapa pun yang mau investasi dan merombak bangunan bersejarah  di kota ini tidak akan berani bertindak tanpa restu "Ngarso Dalem".

Itu yang aku suka dari Yogyakarta dan aku paling sebal di Bandung yang kurang menghargai bangunan bersejarah. Namun masih lebih baik daripada Jakarta.  Mudah-mudahan di Malang lebih baik.


Apa aku harus cerita dulu pada "R" dulu sebelum memutuskan untuk lebih dekat?  Kebetulan aku mau ke Bandung akhir Juli ini, sebelum ke Yogyakarta.

Rabu, 2 Juli  2014, Perpustakaan Nasional , Salemba

Saat waktu luang, saya punya hobi meriset Pikiran Rakjat tahun 1950-an yang sudah saya lakukan sejak  2011. Penyisiran baru sampai 1956. Bagi aku Bandung itu kota romantis, terutama pada dekade 1950-an,  1970-an dan 1990-an. 

Era 1950-an Bandung sudah  menjadi kota pelajar, ada Fakultas Teknik UI, Universitas Parahyangan, IKIP Bandung, Universitas Padjadjaran, Sekolah Pariwisata serta banyak universitas swasta lain.   Para orang terdidik ini mampu menyerap budaya Barat, tetapi ada juga yang mempertahankan identitas budaya tradisionalnya.

"Kalau Soe Hok Gie menulis Buku, Pesta dan Cinta. Kalau Bandung itu aku bilang Bandung itu adalah  Buku, Dansa dan Traveling, Romantis juga. Seharusnya aku kelas lima SD sekolah di sana bersama adikku, tetapi ibuku  kemudian nggak setuju. Padahal dia mengusulkan awlanya kepada kakaknya," tutur aku pada seorang mahasiswa dari Bandung yang juga riset, entah dari Unpad atau UPI, yang tahun ini berganti nama dari IKIP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun