Hanief keluar. Syafri memeluknya dengan hangat.  Angga dan Utari diajak ikut mengobrol  beberapa lama. Rupanya dia baru tiba dari Jakarta. Bisnis Hanief di bidang hasil bumi cocok dengan Angga.
Pasarminggu, Jakarta, 1 Juli 2014
Puasa hari ketiga. Seharian di kantor mengerjakan tulisan untuk Plesir. Tiba-tiba BBM aku menyala ada yang chat. Â Ketika aku membaca namanya, aku terperanjat.
"Ini kan adik kelasku, mantan wartawan juga, kini tinggal di Malang?" gumamku.
Rupanya dia korban perceraian yang tidak sehat dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari eks suaminya. Dia sudah punya anak. Â Padahal waktu bertemu dikenalkan adik kelas juga waktu kuliah, rumah tangganya harmonis? Aku mengagumi rumah tangga mereka.Â
Aku juga bingung kok bisa ada harta gono gini dijual tanpa sepengetahuan eks istri? Â Lalu ko keks suaminya tega sekali tidak memberikan biaya buat anak dengan layak? Yang kurang ajar pas istrinya keguguran, harusnya jadi anak kedua, eks suaminya jalan-jalan ke luar negeri? Â Ceritanya membuat aku mau menangis.
Apa yang harus kuperbuat? Apa aku rekrut untuk koresponden di Plesir? Tetapi apa Nina mau?
Patriaki brengsek. Kalau laki-laki sudah kaya dan tidak menumpang di rumah mertua lagi, sudah punya rumah dan mobil belagu. Lalu menikah lagi dengan orang yang dianggapnya sederajat dengan dia? Aneh. Â Eks Suaminya kerja di pertambangan tentu gajinya besar.
Itu yang saya takutkan dari laki-laki dari Sumatera kalau merantau ke Jawa, dapat istri orang Jawa, sukses lalu pulang ke Sumatera ketemu keluarga lalu dikomporin agar punya istri lagi? Mudah-mudahan hanya pikiran buruk aku. Â
Bagaimana kalau aku sendiri kalau mapan? Apakah juga akan begitu? Apalagi aku ada di Rasi Gemini yang kerap berdua? Mitos, tetapi kerap ada kenyataannya.
Ah, sepupu aku banyak yang menikah dengan perempuan Sunda atau Jawa? Adik aku juga. Aku teringat Marah Rusli bukan main setianya dengan istrinya. Yang paling seru Muhammad Yamin jadi kuat ke Indonesiaannya setelah menikah dengan perempuan Solo. Awalnya dia buat Andalas Tanah Airku  setelah dia buat puisi Indonesia Tanah Airku. Aku mencoba mengusir prasangka itu.Â