Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dua Pendatang Misterius Tiga Belas

9 Februari 2024   20:40 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:42 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihttps://wallpapersafari.com/mysterious-girl-wallpapers

Tigas Belas                                                           

Ekspansi Klonning : Teror

                                                      

Chris Yunanto, Robert Wijaya dan kawan-kawan sesama eksekutif muda, serta kolega berkumpul di sebuah kafe hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Pusat.

Di antara mereka terdapat Bayu Yudhistira, putra seorang pemilik tambang batubara, 40 tahunan bersama istrinya Elsa Karmenita, seorang aktris film papan atas usia 30 tahunan.  

Lainnya Darwis Hendrawan, adik dari Romeo yang sudah mengambil alih perusahaan kakaknya, bersama istrinya Hanun.

"Kita sama-sama berduka. Kami kehilangan Anton Maryanto dan kamu kehilangan kakakmu," kata Chris sedih.

"Ya, bantu aku belajar kawan," kata Darwis.  "Kami juga harus bayar santunan kawan-kawan yang meninggal."

"Kadang-kadang aku berpikir ada yang mengincar kami, menghabisi satu demi satu entah siapa. Tetapi aku takut ini paranoid," kata Robert

"Berarti kita diincar juga dong!" ucap Bayu.

Elsa asyik dengan ponselnya membaca WA.

"Siapa lagi Honey?"

"Kawanku, Ferina. Dia bilang Imran masih terobsesi kepada aku," kata Elsa tergelak.

"Kakak kelasmu itu ya, yang kini jadi guru  SMA, ha..ha.ha bisa apa dia?"

"Ngapel saja susah. Bodyguardmu menghalangi waktu pedekate," kata Robert.

"Terima kasih meminjamkan Dodot," kata Bayu.

Elsa kemudian membaca chat lainnya. "Klinik langganan aku siap memeriksa kehamilan besok."

"Bagus memang layanannya.   Sebulan lalu hanya setengah jam untuk memastikan kamu negative kena penyakit itu sehabis kita pulang jalan-jalan dari luar negeri."

"Jururawatnya Lily itu? Ya, masih muda tetapi pintar. Dia yang ambil darah kamu dan sekalian check DNA ya..?"

"Iya,"  sahut Elsa.

Mereka kemudian menikmati santapan.  Tiba-tiba WA Elsa berbunyi menandakan ada pesan masuk.

"Siapa lagi sih?"

"Ternyata dari Ferina lagi. Kok dia mengirim video? Tumben!"

Elsa melihat dan dia pucat bukan main.  Kemudian dia memperlihatkan kepada suaminya.

Baca:  Dua Pendatang Misterius Dua Belas

Bayu terkejut karena video itu berisi hubungan intim antara Imran dengan seorang perempuan yang serupa benar dengan Elsa, wajah, fisik, potongan rambut bahkan suara desahannya.  Hanya saja usianya persis ketika dia remaja.

"Nggak mungkin!" kata Bayu.

"Iya, memang bukan aku. Masalahnya infotainment akan segera tahu, ini jadi masalah. Mereka mengira sebelum ke kamu, Imran sudah berhubungan dengan aku, " kata Elsa.

"Nanti kita bisa hapus itu video, Imran bisa kita hajar?" kata Chris.

"Nggak bisa begitu juga Mas. Bukan dia yang menyebar, tetapi cewek itu," kata Elsa. "Sasarannya aku!"

Ponsel Chris berbunyi. Pesan WA.

"Dari istriku?"

Sebuah video yang memperlihatkan gambar hubungan intim dia dengan seorang gadis remaja begitu banyak.  Sang Istri tidak kasih komentar.

"Shit!" ucapnya. "Aku harus segera pulang! Gawat nih!"

Pertemuan bubar waktu itu juga, karena suasana tidak enak. Apalagi Darwis dapat video kakaknya sedang dikunyah vampir.

Mereka meninggalkan kafe. Seorang remaja mengawasi sambil tersenyum. "Ini malam bahagia terakhir kalian!"

                                                                    ***

 Christ tiba di rumahnya dengan wajah pucat. Istrinya sudah menunggu. Dua anaknya masih kecil menangis.  Yang membuatnya merasa tak berdaya, di samping istrinya ada perempuan remaja, Hanna Selena, yang memang pernah bercinta dengannya karena mirip dengan mantannya dulu.

Hanna tersenyum. "Hai Mas, aku memutuskan ingin merebutmu dari dia. Mas kira aku perempuan yang bisa dicampakan begitu saja sehabis berhubungan badan."

Istrinya, Syarifa marah besar dan membanting ratusan foto ke hadapan Chris.

"Mana satpam itu? Bisa-bisanya dia lolos!"

Hanna menunjuk dua pria berbadan besar terkapar di hamparan rumput, berhimpitan.  Sementara dua ekor doberman ada di sudut tertidur pulas dengan makanan yang tercecer di dekatnya.

"Pilih satpam yang lebih kompeten dong, masa dikalahin cewek!"           

"Sudah nggak penting mereka pingsan atau tidak. Yang penting kamu bohong selama ini. Jadi benar kamu terlibat sindikat perdagangan perempuan, ya!"

Syarifa kemudian mengajak kedua anaknya dengan kopor yang sudah disiapkan. Mereka bersiap pergi.

Hanna menatap Chris  dengan tajam dan kejam.

Christ menghampiri Hanna ingin mencekiknya, tetapi masalahnya sejumlah wartawan sudah keburu datang juga pengacara Syarifa.  

"Siapa pun backing Anda tidak akan bisa menyelamatkan," kata pengacara itu sambil tertawa. "Kalau kau cekik banyak saksi di sini!"

Christ melepaskan Hanna. Dia  lemas, apalagi ada WA dari ayahnya yang marah besar.  Hidupnya praktis hancur.

                                                                  ***

Robert Wijaya  duduk di depan bersama bodyguardnya sekaligus supirnya. Dia harus segera pergi ke Bogor. Mereka sudah memasuki tol jagorawi dengan kecepatan tinggi.

Di belakang ada seorang perempuan remaja melambaikan tangan di kaca spion.

"Selamat malam Om Robert, aku Tanti."

Robert maupun bodyguardnya terperanjat sebab tadi tidak ada apa-apa.

"Aku bukan hantu kok, tetapi ingin menyampaikan pesan dari Sundari yang mirip dengan aku yang Om suruh bunuh."

Sang supir pucat bukan main tiba-tiba mobil yang dikemudikannya melaju dengan kecepatan di atas 100 kilometer dan bukan kehendaknya.

Tanti kemudian mencium pipi Om Robert dan tangan satu lagi menotok kuduk leher sang sopir hingga terpaku tangannya pada setir dan kakinya menginjak pedal gas.

"Salam buat Om Anton, Om Romeo dan tukang pukul Anda Juan!"

Pada saat itu lagu Auld Lang Syne yang biasa dilatunkan dalam acara perpisahan dan pergantian tahun terdengar dari audio mobil.

Pintu belakang terbuka Tanti lari dengan kecepatan luar biasa dan hilang, seolah berlari di jalan tol malam hari bukan masalah bagi dia. Tetapi masalah bagi pengendara mobil di belakangnya yang terkejut melihat pintu belakang mobil terbuka.  Sebuah bus menghajar pintu itu hingga copot dan terpental.

Bus itu oleng, tetapi supirnya bisa mengendalikan diri hingga stabil.  Pintu yang terlempar ditabrak mobil lain hingga terpental ke bahu jalan, namun mobil itu bisa dikendalikan pengemudinya dan berhenti di bahu jalan.

Sebaliknya mobil yang dikendarai Robert melaju melebihi 160 kilometer menuju batas maksimal.

Ketika lagu berakhir, tiba-tiba ban mobil itu pecah, sopir Robert tak bisa pegang kendali dan mobil  melayang ke luar bahu jalan menabrak pagar dan terbalik di rerumpunan pohon.

Sopirnya terhuyung dan Robert bisa keluar dengan utuh berkat kantung pengaman yang mengembang otomatis.  Lalu dia mengeluarkan sopirnya yang masih pusing.

Robert menyadari langit gelap dan ada sejumlah sosok melayang di atas langit dan turun menyambarnya dia dan sopirnya. Bersamaan mobil  meledak.  

Robert ingat itu cerita yang ia dengar yang terjadi pada mobil Rivai dan Sundari yang ia suruh bunuh. Sang Sopir adalah salah seorang di antaranya juga bercerita soal mahluk ini tetapi tidak dipercaya. Dia berteriak namun suara ditelan angin dan kegelapan malam ketika tubuhnya diangkat.

                                                                              ***

Malam itu Adinda mendapat kabar WA dari rekan sekelasnya, Ibu Mia Guru Biologinya sedang di rumah sakit. Anak perempuannya remaja seusianya koma korban tabrak lari. Kemungkinan hidupnya kecil.

Adinda segera ke rumah sakit dan masuk ke ruang IGD. Lalu memeluk guru kesayangannya.

"Siapa namanya Bu?"

"Delisa Almira," jawab Bu Mia.

"Boleh aku melihat sendiri? " pinta Adinda.

Bu Mia mengangguk sambil memberi isyarat ke suster dan dokter. Sebetulnya mereka berat melepas Adinda sendiri.  Tetapi Bu Mia percaya dan sayang pada muridnya.

Adinda masuk melihat keadaan Delisa. Dia geram dan tahu bahwa anak itu tidak bisa diselamatkan.  Diam-diam dia mengeluarkan tabung dan mengambil darah dan sedikit kulitnya lalu menutupnya dengan plester dan memasukan ke tabungnya.

Batang otaknya masih hidup, Adinda menyusup ke dalam pikirannya dan mendapatkan pemandangan terakhir apa yang dilihatnya, plat mobil yang menabraknya.

Hiyang tolong aku lagi. Buat lagi yang seperti dia, ini DNA-nya.

Hiyang Ridara muncul dari kamuflasenya, kemudian menghilang setelah mengambil tabung.

Adinda keluar dan tersenyum. Selamat jalan Delisa. Tetapi sebagian dari kamu akan hidup kembali kok. Aku nggak akan membiarkan penabrakmu.

Di luar dokter dan suster masih mengobrol dengan Bu Mia. 

"Aku mendoakannya Bu, semoga Tuhan menyelamatkannya," ucap Adinda. "Ibu di rumah sakit menginap? Aku ikut ya? Besok masih libur kan?"

Adinda izin dengan Oma Nursanti yang paham cucunya dekat dengan Sang Guru. 

Dia tidur di karpet yang dibawa ibu gurunya dengan tenang hingga besok pagi. 

"Mama, Dinda bangun!"  Delisa tiba-tiba sudah berjongkok dengan mereka memakai piyama rumah sakit dan kepala masih diperban, tetapi nggak diinfus lagi.

Dokter dan suster datang tergopoh-gopoh, Bu Mia beteriak histeris dan memeluk anaknya.  Ini bukan mimpi atau roh anaknya.

Adinda pura-pura terbangun. Lalu menangis haru.

Di sisi lain dia memerintahkan sesuatu melalui telepati.  Bereskan pengemudi mobil itu. Jangan sampai salah sasaran.

                                                                         ***

Pengemudi mobil ini anak orang terpandang. Bapaknya pemilik tambang nikel.  Nama anak itu  Yusron Wibowo,eksekutif muda pemilik berapa unit apartemen di kawasan KBU. Dia melepas stresnya dengan booking seorang mahasiswi sebuah universitas di Bandung yang semalaman digelutinya. Walaupun dengan  bayaran cukup besar.

Dia bangun agak siang dan melihat masih ada yang tidur di sebelahnya.  Dia memilih tidak membangunkannya.  Namun ketika dia masuk ke kamar mandi ada tulisan dengan lipstick di kaca: "Bang aku pamit ya, ada Kuliah pagi.  Dari Nabila."

 Yusron terperanjat, dia segera keluar ingin tahu siapa yang tidur di sampingnya. Ternyata spreinya penuh darah.  Dia membuka selimutnya dan melihat mayat dengan kepala berdarah.

Dia memegang kepalanya. Nggak habis berpikir.  Bagaimana bisa sampai ada. Nggak mungkin Nabila pelakunya. 

Di daun jendela apartmen mendadak muncul seorang remaja berambut sebahu  dengan kacamata serupa Adinda.

"Siapa kamu? Bagaimana bisa masuk ke sini tanpa kartu akses?"

"Kartu akses buatan manusia, yaaa? Itu sudah kuno. Kalau mau saya masuk pun nggak akan ada di CCTV. Tetapi  di luar saya terlihat kok, lagi bawa mayat terungkus selimut. Sengaja. Biar seru sedikit untuk polisi. Bahkan CCTV bisa melihat wajah saya kok.  Saya jawab pertanyaan kedua dulu."

Yusron menghampiri dengan marah, tetapi remaja itu tenang. "Mau bagaimana menyelesaikannya? Abang lapor ke polisi menabraknya. Paling reputasi Abang dan ayah Abang hancur. Dihukum ya, karena konesi dapat berapa bulan. Tetapi akan terus menghancurkan Abang."

"Opsi kedua lebih sederhana, Abang ikut saya turun ke bawah instan tentunya tidak pakai lift atau tangga? Atau opsi ketiga Abang mau ditemukan dengan mayat itu di ranjang Abang?"

Yusron ingin menangkapnya, tetapi remaja putri itu bergerak gesit menghindar, tahu-tahu di belakangnya.

Televisi tiba-tiba menyala dan siarannya adegan percintaan Yusron dengan mahasiswi itu yang membuatnya semakin heran, berarti remaja itu sudah semalaman di kamarnya dan tak terlihat.

"Sudah beredar di dunia maya, Bang. Sebentar lagi jadi viral. Silahkan adukan ke polisi.  UU ITE apa kek untuk menjerat saya kalau bisa. Tetapi akan jadi pertanyaan di luar sana, untuk apa Abang bawa mahasiwi itu?  Apalagi musuh Abang banyak di luar kan?"

Yusron dengan geram memeluk remaja putri itu, dia terangsang dan mencoba mencumbunya.  Remaja putri itu hanya tertawa kecil. "Iya, permintaan terakhir Abang mau ciuman bibir dulu boleh. Bukankah di Bumi permintaan terakhir napi hukuman mati wajib dikabulkan?"

Remaja putri itu memangut bibir Yusron dan menjulurkan lidahnya ke mulut laki-laki itu sekitar satu menit dan mengunci tubuhnya.  Yusron tidak bisa melepas diri.

Lalu dia mendorong Yusron dengan tenaga besar keluar jendela. Dia  meluncur melalui balkon apartemen.  Tetapi remaja itu memegang kedua tangannya untuk menopang tubuhnya yang mau jatuh.

"Jadi maunya ke bawah bersama saya Bang sambil memeluk boleh, lalu remaja itu meluncur bersama Yusron yang berteriak ngeri. Dia sempat melihat wajah gadis itu tertawa mengerikan dan kemudian menghilang karena menggunakan baju kamuflase.

Polisi hanya menemukan mayat Yusron terkapar di teras apartemen dengan darah di kepala dan unit kamarnya kosong.

                                                                             ***

Adinda menonton berita di televisi di lobi rumah sakit. Bu Mia dan suaminya membereskan biaya perawatan Delisa yang masih dinyatakan geger otak, walau dokter heran lukanya cepat pulih. 

Bu Mia, Delisa dan Adinda duduk di kursi tunggu menyaksikan breaking news tentang bunuh diri Yusron Wibowo berikut berita tabrak lari yang tidak diketahui menyebakan Delisa terluka.

Terima kasih Adinda, tetapi ini bukan tubuh aku kan? Aku hanya ingat sebagian diriku?

Kami hanya bisa memindahkan 80 persen ingatanmu ke dalam otak barumu, seperti klonning yang lain dibuat instan.  Jangan khawatir dokter akan mendiganosis geger otak.

Mereka bercakap-cakap melalui telepati.

Ayah Delisa adalah petinggi kepolisian di Polda Jawa Barat baru saja menyelesaikan administrasi, ketika berapa anggota polisi menghampiri Adinda.

"Adik dipanggil ke markas karena terlihat di apartemen sedang naik ke atas?" kata seorang polisi.

Ayah Delisa yang stres semalaman memandang ketiga anggota polisi dari kepala hingga akhir. "Ngawur kalian! Itu anak bersama kami di atas sana!"

Adinda tetap tenang menonton televisi.

"Tetapi ada saksi yang melihat mirip dia meninggalkan apartemen?"

"Kamu percaya saksi atau percaya saya? Ada puluhan CCTV di rumah sakit ini yang bisa membuktikan anak ini di sini menengok anak saya. Nanti ketemu di kantor. Sekalian ingin tahu perkembangan  kasus tabrak lari anak saya! Kembali sana! Kalau belum puas, saya ajak anak ini bertemu penyidik kalian dengan rekaman CCTV!"

Ketiga polisi itu meninggalkan rumah sakit dengan wajah merah padam.  Atasannya baru saja dapat tekanan dari ayahnya Yusron yang punya koneksi di polisi untuk segera menyelidiki kematian anaknya.

Ketiganya berpapasan dengan dokter yang menangani Delisa yang geleng-geleng kepala. Dia datang bersama dua satpam.

"Saya sudah bilang sama mereka, semalaman anak itu di sini Dok!"

Bu Mia kemudian mengajak Delisa dan Adinda meninggalkan rumah sakit. "Yuk, sarapan bareng!"

Adinda mengangguk. "Saya bisa ikut ke kantor polisi? Sebagai warga negara yang baik?"

"Nggak usah! Nanti ada wartawan di sana, kamu ditanya-tanya lagi, bikin malu polisi saja! Belum cukup bukti sudah bawa orang! Biar saya yang ketemu penyidiknya dengan membawa rekaman CCTV!" kata ayahnya Delisa (Bersambung)

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun