Aku kini duduk dibangku kelas XII, sedangkan adikku duduk di kelas VIII. Letak sekolah kami cukup berjauhan. Sehingga ayah harus mengantar kami pagi-pagi sekali. Ayahku bekerja sebagai tukang ojek.
 Setelah mengantarkanku dan adikku, barulah ayah bekerja. ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kami membuka sebuah warung Kecil tepat di samping rumah. Ibuku membantu perekonomian kami dengan berjualan di warung Kecil tersebut.
Tugas piketku telah selesai. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sambil menunggu bel, Aku duduk sejenak di bangkuku.Â
Aku merasakan beberapa hari ini badanku sangat lelah. Mungkin aktivitas sekolahku yang cukup menyita waktu dan energi.
Terkadang aku merasakan sakit kepala yang cukup mengganggu, terlebih ketika aku mengikuti pembelajaran di sekolah.
Bel berbunyi. Semua siswa menuju bangkunya masing-masing dan siap menerima pembelajaran pagi ini.Â
Turut juga seorang remaja perempuan berkulit coklat dan berambut ikal  meletakkan tubuhnya di bangku tepat disampingku. Aku memanggilnya Eva. Ia sahabat dan sekaligus teman sebangkuku. Ibu Mia, wali kelas kami yang akan mengajar pagi ini.
"Nara! Hidungmu berdarah! " Tiba-tiba saja Eva mengejutkanku dan seisi kelas dengan suaranya yang terdengar cukup keras dan bercampur kepanikan. Segera ia mengambil tisu dari salah satu kantong tasnya dan memberikannya padaku. Aku menyeka hidungku. Tampak darah segar telah membuat tisu tersebut menjadi merah.
" Kamu tidak apa-apa, Ra? " Tanya bu Mia padaku seraya mendekatiku dan memegang bahuku. Nampak ada kekhawatiran di raut wajahnya.
"Saya tidak apa-apa, bu" Kataku. Walaupun sebenarnya aku pun merasa bahwa aku memang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
" Sebaiknya kamu ke UKS aja ya, Ra" Saran bu Mia padaku.