"Ayo kita cabuuut. Cepaaat ....cepaaaat!" Perintah imron yang duduk di samping sopir.
Sepeninggal komplotan Imron, petugas satpam melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Dalam waktu singkat satu tim buser kepolisian Polda Jabar melakukan pengejaran ke arah Barat.
Sementara itu Imron dan komplotannya sedang merencanakan pelariannya. Mereka terus tancap gas dari Jalan Sudirman menuju ke arah Cimahi, lalu belok ke arah Jalan Jamika.
"Kita kabur kemana Bos? Bagaimana kalau ke Jakarta?" Usul Kardun sambil menyetir ke arah Jalan Terusan Pasir Koja.
"Jangan ke Jakarta. Kita pasti terjebak. Polisi pasti mudah menghadang kita," jawab Imron.
"Kalau begitu kita kabur ke arah Timur saja bos. Kita ke Garut atau Sumedang," usul Gepeng yang bertubuh kurus pendek.
"Iya bos, ke sana saja," timpal Pengkor mendukung usulan Gepeng.
"Goblok kalian! Lari ke sana mah bunuh diri tahu! Markas Polda Jabar kan dekat Cileunyi. Pasti mereka sudah mencegat kita di sana," bantah Imron dengan nada marah.
Gogon yang bertubuh paling gemuk dan paha kirinya tertembak hanya diam saja tak berkomentar. Dia terus mengerang kesakitan sambil mengikat pahanya dengan baju kemejanya. Dia memang paling pendiam di antara kelima temannya. Namun, pria berjambang lebat ini dikenal cukup sadis, tidak jauh dengan Imron, bosnya.
Mobil Pajero hitam yang mereka tumpangi mulai memasuki Gerbang Tol Pasir Koja. Imron tampak sedang berpikir keras. Dia tak mau gagal dalam aksinya kali ini.
"Ambil kanan Dun. Kita ke arah Jakarta. Kita nanti keluar di Padalarang!" Perintah Imron tegas.