Sempat terjadi kejar-kejaran yang menegangkan karena sebelum polisi masuk ke rumah istri mudanya, Imron sudah kabur duluan lewat pintu belakang. Polisi yang mengetahui dirinya kabur, segera memburunya sambil melepaskan tembakan peringatan.
Setelah kejar-kejaran di gang sempit perumahan penduduk, Imron lari ke arah kebun. Dia bersembunyi dibalik gubuk sambil melepaskan tembakan ke arah polisi yang mengejarnya. Baku tembak pun tak terhindarkan.
Imron mulai terdesak dan persediaan pelurunya habis. Polisi tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk merangsek maju. Namun, Imron sudah keburu kabur menjauh ke arah sawah.
Sebuah timah panas yang ditembak salah seorang tim buser berhasil mendarat di paha kanan Imron. Pria berwajah bengis itu pun akhirnya tersungkur. Hanya hitungan detik polisi berhasil mengamankannya.
***
Anton melaporkan apa yang dilihatnya kepada komandan jaga. Tak lama kemudian beberapa sipir datang ditemani petugas medis lapas.
Sel XX.03 segera dibuka. Anton dan cecep masuk duluan untuk memeriksa kondisi Imron alias Rate. Mereka khawatir ini hanya akal-akalan pria licik tersebut. Maklum, reputasi  Imron yang dikenal sadis dan banyak akal sudah tidak diragukan lagi. Oleh sebab itu wajar kalau mereka harus berjaga-jaga.
Anton membalikkan tubuh Imron menggunakan kakinya, sedangkan tangan kanannya memegang pentungan. Sementara Dadang tetap berjaga-jaga di samping penjahat kambuhan tersebut sambil membungkuk dan menepak-nepak wajah Imron pelan-pelan.
"Aman Ndan!" Ujar Dadang sambil wajahnya memandang komandan jaga yang ada di luar sel.
"Silakan masuk," perintah komandan jaga kepada tim medis yang akan memeriksa kondisi Imron.
Dua orang petugas medis pun masuk ke dalam sel XX.03 untuk memastikan kondisi Imron yang terlihat terbujur lemah tak berdaya.