Rey tidak segera menjawab, bingung begitu kuat mencengkram. Sungguh dilematis. Sementara, Ratri sudah menepati janji, dan kembali ke kota ini, meski datang bersama orang lain! Lantas, haruskah dirinya menjadi pengecut?
***
Rey harus bekerja keras menata hatinya terlebih dahulu, sebelum memutuskan akan menemui gadis itu untuk menunaikan janjinya. Meyakinkan diri bahwa Ratri bukanlah siapa-siapa, karena di antara mereka memang belum ada komitmen apapun. Menyiapkan mental yang kuat, jika nantinya menemui kecewa. Dan, membuka dada selapang-lapangnya untuk bisa menerima kalau cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Ya, dia harus menyadari, kalau Ratri sudah memilih seseorang untuk menjadi sandaran hatinya.
"Ini tempatnya, ayo ambil aja," tawar Rey begitu tiba di gerai. Nada suaranya masih terdengar datar. Matanya sibuk mencari-cari kue favoritnya. Dan pandangannya membentur beberapa menu dan varian baru.
"Mm, apa ya?" Gadis cantik yang kali ini mengenakan kemeja kotak-kotak warna pink, dipadu celana jins biru itu malah bertanya, matanya tak lepas dari aneka macam kue yang terpajang.
"Terserah. Pilih saja yang kamu suka," jawab Rey. Dia sendiri sudah selesai mengambil kue-kue pilihannya; klapertaart durian, singkong thailand dan brownies almond.
"Bingung," Ratri masih belum bisa memilih. Pandangannya masih melompat-lompat di dalam etalase.
"Euh!" Rey melenguh.
Meski pelan, tapi Ratri bisa mendengar. Lenguhan itu seolah celaan atau apalah yang bermakna menyalahkan dan terasa menyudutkan. Tak ayal, sesak pun hadir dalam dada. Gadis itu menghela. Dia menyadari, sejak pertama bertemu tadi, Rey tampak berbeda, tidak hangat seperti biasanya. Awalnya Ratri tidak mau terlalu memikirkan dan kebawa perasaan. Tapi, hal barusan membuatnya harus meralat pikirannya.
Akhirnya Ratri asal ambil saja. Klapertaart keju, klapertaart original dan brownis silverqueen pun berpindah ke atas nampannya. "Sudah," katanya pelan.
Rey yang menyadari itu segera mengajaknya ke kasir. Dan setelah melakukan transaksi, mereka memilih tempat duduk di bangku belakang, di dekat jendela, yang menghadap langsung ke luar. Mereka duduk berhadapan.