Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Klappertaart

2 November 2017   12:17 Diperbarui: 2 November 2017   12:38 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, mendengar penuturan itu, Ratri tidak segera menjawab. Melainkan kembali menatap wajah Rey yang tampak kaku. Tapi, di sana dia menemukan sebuah kejujuran, tentang sebuah alasan. Perlahan-lahan tatapannya meredup, seolah urat-uratnya kembali mengendur dan berganti segaris senyum yang terbit di bibir.

"Kok tersenyum?" tanya Rey kembali diliputi kebingungan, karena sikap Ratri yang begitu cepat berubah.

"Hahaha." Ratri malah tergelak.

"Aneh! Apanya yang lucu?" sengit Rey, merasa diabaikan.

"Kamu yang aneh? Adam itu sepupuku, hahaha." Tawa Ratri masih berderai. "Dia cuma nganter aku, sekalian ada kerjaan di Bandung. Dua hari juga udah berangkat lagi," jelasnya.

Apa? Jadi, Adam hanya sepupu? Tanya hati Rey, gamang. Tak disangkal, ada rasa senang yang tiba-tiba menyelinap, tapi, ada juga rasa malu, karena sudah salah menyangka. Dan, untuk minta maaf rasanya sungkan.

"Kok, malah diem?" tanya Ratri memotong sunyi yang mulai merayapi.

"Siapa yang diem? Enggak!" sanggah Rey tergeragap. "Ya udah, tuh makan kuenya!" Rey menyodorkan bungkusan yang tergeletak di bangku. Dia sendiri lupa, kapan tepatnya menyimpan di situ. Dan, satu cup klapertaart durian pun berpindah ke tangannya.

Ratri menghela napas dalam. Sepasang bola beningnya menatap lelaki yang masih tampak tegang di hadapannya, kepalanya menggeleng pelan, dan bibirnya kembali tersenyum. Dia pun mengambil klapertaart rasa keju yang dipilihnya tadi.

"Utangku sudah lunas, ya!" Rey menegaskan sekali lagi. Nada ketus masih terdengar, tapi Ratri sudah tidak menganggap sebagai ekspresi kemarahan.

"Iya, sekarang, sudah gak marah lagi, kan?" Ratri malah menggoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun