Lema yang duduk di dekat telingaku menjadi terkejut. Rupanya dia tertidur di tubuhku. Mungkin dia kelelahan. Kalau kepanasan, dia bisa bersembunyi atau berteduh di balik bulu-bulu hitam di tubuhku.
"Maaf, aku tertidur, Angdu..."
Aku tertawa.Â
"Nggak apa-apa, Lema. Kita memang berjalan terlalu jauh. Kamu pasti lelah..."
Lema tersipu.
Kembali aku bertanya tentang hutan yang sudah berbeda saat ini.
"Ah... iya, Angdu. Aku juga merasakan. Hawa menjadi lebih panas. Untuk mencari makanpun sulit..."
**
Akhirnya kami menemukan pohon cempedak di dekat sungai yang airnya masih jernih. Berada di sana. Baru saja kami akan mengambil buah cempedak, tiba-tiba dari balik batu di sebelah pohon cempedak muncul manusia berkacamata hitam.
Kami hendak berlari, tapi manusia itu mengeluarkan senjata api. Kami panik sekali.
"Ibu... Lema... bagaimana ini?" seruku dengan panik.