Mohon tunggu...
Jehezkiel
Jehezkiel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43223110001 | Program Studi: Strata Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

24 November 2024   00:38 Diperbarui: 24 November 2024   00:38 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Rasionalisasi: Membuat alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakan koruptif.

- Penolakan: Menolak mengakui bahwa tindakan mereka adalah korupsi.

- Proyeksi: Menyalahkan orang lain atau sistem atas tindakan koruptif mereka.

3. Kompleks Oedipus

Freud percaya bahwa pengalaman masa kecil dan hubungan dengan orang tua dapat mempengaruhi perilaku dewasa. Kompleks Oedipus, misalnya, menggambarkan konflik emosional yang terjadi selama masa kanak-kanak. 

Individu yang tidak menyelesaikan konflik ini dengan baik mungkin mengembangkan perilaku yang tidak sehat, termasuk kecenderungan untuk melakukan korupsi sebagai cara untuk mendapatkan kekuasaan atau pengakuan.

Mengapa Korupsi Terjadi? 

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga komponen utama: id, ego, dan superego. Id adalah bagian dari kepribadian yang berisi dorongan-dorongan dasar dan insting primal. Ego adalah bagian yang berfungsi sebagai penengah antara id dan realitas. 

Superego adalah bagian yang berisi nilai-nilai moral dan etika. Korupsi bisa terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara ketiga komponen ini, di mana dorongan id untuk mendapatkan keuntungan pribadi mengalahkan kontrol ego dan nilai-nilai moral dari superego.

Mengapa pemberantasan korupsi penting?

Pertumbuhan ekonomi, dan transformasi perekonomian nasional. Berikut beberapa alasan mengapa pencegahan korupsi sangat penting:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun