Mohon tunggu...
Jawani Eka Pyansahcilia
Jawani Eka Pyansahcilia Mohon Tunggu... Administrasi - Resensor Pemula

Seorang statistisi yang terjebak di dunia akuntansi, mencoba lari sejenak menjadi peresensi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Resensi Novel] Ke mana Aku Akan Pergi?

31 Agustus 2018   11:08 Diperbarui: 19 Oktober 2018   23:50 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://bukurepublika.id/products/detail/330/Pergi

Judul                           : Pergi

Penulis                       : Tere Liye

Co-author                : Sarippudin

Editor                         : Triana Rahmawati

Penerbit                    : Republika Penerbit

Tebal Buku               : iv + 455 halaman

Dimensi (L x P)      : 13,5 x 20,5 cm

Cetakan                     : IV

Kota Terbit              : Jakarta

Tahun Terbit          : Juni 2018

ISBN                           : 978-602-5734-05-2

Berat Buku              : 600 gram

Harga                        : Rp 79.000,- (Harga di Pulau Jawa)

Sinopsis:

Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa. Pergi.

Novel Pergi menceritakan sebuah kisah perjalanan hidup seseorang yang bernama Bujang dalam mencari arti makna 'Pergi'. Apa tujuannya sekarang? Mau dibawa kemana masa depan Keluarga Tong? Dan ke mana ia akan pergi?

Sebelum membaca Novel 'Pergi', ada baiknya teman-teman baca terlebih dahulu Novel 'Pulang' karena Novel 'Pergi' ini merupakan sekuel dari Novel 'Pulang'. Ada beberapa tokoh dalam Novel 'Pulang' yang menjadi bagian dari cerita dalam Novel 'Pergi'. Itu membantu teman-teman mengetahui siapa sebenarnya tokoh yang dimaksud dalam cerita.

Novel 'Pergi' dibagi menjadi 31 Bab. Yuk, kita intip satu persatu bab-nya.

Hantu Masa Lalu

Awal mula dalam novel ini, kita akan bertemu dengan Bujang sebagai 'aku' yang memiliki julukan Si Babi Hutan, Salonga merupakan penembak pistol terbaik se-Asia Pasifik, White adalah seorang mantan marinir, serta Kiko dan Yuki mewarisi kakeknya sebagai ninja mematikan. Mereka juga merupakan bagian dari tokoh dalam Novel 'Pulang'.

Mereka tengah berada dalam sebuah misi menyelamatkan salah satu hasil riset teknologi yang didanai oleh Keluarga Tong. Diduga hasil riset teknologi tersebut dicuri oleh sindikat penyelundup narkoba terbesar di Amerika Selatan. Namun, disaat mereka sedang mengintai di Gudang Kontainer yang berada di Stasiun Kereta Api Perbatasan Meksiko, Amerika Serikat, mereka bertemu dengan tukang pukul misterius, mengenakan topeng yang menutupi mata dan topi fedora lebar berwarna hitam, tubuhnya tinggi besar, dan gagah. Ditilik dari posturnya, dia berusia 30 tahunan, intonasi suaranya mantap, meyakinkan, dan tidak takut. (hlm. 15)

Teknik Kelelawar

Seseorang tersebut mengajak Bujang duel dengan taruhan hasil riset teknologi tersebut. Mereka bertarung dengan tangan kosong. Dalam duel yang sengit, Bujang tidak menyangka bahwa orang tersebut adalah lawan yang tangguh. Ia menggunakan sebuah teknik yang baru pertama kali dilihat oleh Bujang dan teman-temannya.

Selain itu, Bujang juga terkejut bahwa orang tersebut mengenalnya karena ia memanggil Bujang dengan sebutan 'Hermanito' (hlm. 26)

La Llorona

Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam. Black market, underground economy. (hlm. 38)

Ada delapan keluarga penguasa shadow economy di Asia Pasifik, yaitu:

  • Keluarga Tong di Ibu Kota Negara
  • Keluarga Lin di Makau
  • El Pacho di Meksiko
  • Keluarga J.J. Costello di Miami Florida
  • Keluarga Yamaguchi di Tokyo
  • Keluarga Wong di Beijing
  • Bratva di Moskow
  • Master Dragon di Hongkong

Setiap keluarga akan diceritakan dalam novel ini, keluarga mana yang akan menjadi sekutu Keluarga Tong dan keluarga mana yang akan menjadi sekutu keluarga musuh.

La Llorona adalah julukan untuk seorang wanita dalam novel ini, dimana memiliki arti wanita yang menangis.

Historia de un amor

Di pesawat jet, Salonga menceritakan kehidupan bapak Bujang, Samad. Dimulai dari pertemuan Salonga dan Samad untuk menyerbu gudang penyelundupan minyak. Hingga cerita Samad memetik gitar dan bernyanyi lagu 'Historia De Un Amor' di atas panggung sebuah restoran ternama di Singapura.

Aplikasi Keluarga Tong

Bujang membaca laporan harian yang telah dikirimkan Parwez. Parwez adalah CEO, pimpinan tertinggi seluruh bisnis legal Keluarga Tong. Setelah membalas pesan dari Parwez, telpon genggam Bujang berbunyi. Togar, kepala tukang pukul Keluarga Tong, yang menelepon. Togar menginformasikan bahwa terdapat masalah di basemen kantor pusat perbankan milik Keluarga Tong (hlm. 62) yang langsung segera ditangani olehnya. Togar juga langsung mengeksekusi orang yang diduga menjadi mata-mata suruhan keluarga musuh (hlm. 63)

Interogasi Tingkat Tinggi

Pukul dua siang, pesawat jet mendarat mulus di bandara. Dua mobil jip hitam metalik merapat di anak tangga pesawat untuk menjemput Bujang, Salonga, Si Kembar dan White. Bujang mengenali pengemudi mobil yang mereka naiki. Payong, salah satu letnan berusia dua puluh tahun, berotak cerdas dan memiliki otot yang kuat.

Setelah ditangani oleh Togar, Bujang langsung menginterogasi orang yang menjadi penyebab masalah di basemen kantor pusat perbankan milik Keluarga Tong di Ruang Security (hlm. 71). Sebelumnya sudah diinterogasi oleh Togar, namun Togar kesulitan memaksa orang tersebut bicara. Berbeda dengan Bujang, ia menggunakan teknik interogasi tingkat tinggi. Bujang mendapatkan informasi penting yang hendak ia ketahui.

Sop Ikan yang Berbahaya

Bujang dan Salonga mengunjungi Sekolah Agama milik Tuanku Imam (Kakak kandung mamak Bujang). Makan malam mereka dihidangkan masakan spesial para santri, yaitu sop ikan. Ketika makan malam, Bujang membicarakan topik terpenting sesuai dengan tujuan utama ia ke Sekolah Agama.

"Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu bertanya tentang definisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapa pun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan" (hlm. 86)

Mamak Tahu

"Apakah Mamak tahu jika Bapak pernah menikah di Ibu Kota Provinsi?" (hlm. 97)

Pertanyaan Sederhana, Jawaban Panjang

Edwin "Maverick" Bradshaw, pilot muda berusia dua puluh delapan tahun, lulusan terbaik dari U.S. Navy Fighter Weapons School atau TOP GUN. Ia ditawari oleh Bujang menjadi pilot Keluarga Tong.

"Aku tadi hanya bertanya satu hal sederhana, Salonga. Tapi percakapan ini ke mana-mana. Aku bertanya, apakah kamu memang merasa hidupmu selurus itu, Salonga. Hanya itu." (hlm. 112)

Ingin Menjadi Seperti si Babi Hutan

Bujang dan Salonga memeriksa sebuah rumah di pinggiran ibu kota provinsi yang ditemani Lubai, kepala keluarga di Ibu Kota Provinsi, dan Rambang, putra bungsu Lubai. Mereka menemukan selembar foto yang ujungnya telah dimakan rayap dan dokumen yang menjadi petunjuk penting yang selama ini Bujang cari.

Rambang bercita-cita ingin menjadi seperti Si Babi Hutan, yang kemudian direkrut langsung oleh Bujang menjadi anggota Keluarga Tong.

Senjata M24

Namun, keputusan Bujang mengajak Rambang ke markas besar untuk mendidik Rambang menjadi keputusan yang sangat disesali Bujang.

Sersan Vasily Okhlopkov

"Aku baik-baik saja, DAN TUTUP MULUTMU, KIKO!! Baru bicara jika aku menyuruhmu bicara. Lihat kemejaku, ini darah seorang remaja usia tujuh belas tahun..." (hlm. 141)

Yuki dan Kiko mencari identitas orang yang membuat Bujang mengamuk di Presidential Suite, hotel kediaman Yuki dan Kiko. Sersan Vasily Okhlopkov yang mereka temukan. Ia salah satu penembak jitu. Pada akhir bagian ini, sersan tersebut dibunuh, setimpal dengan perbuatannya.

Kondangan Sakura

Di ruang kantor Tauke Besar, telah berkumpul Salonga, Si Kembar, Togar, enam Letnan, termasuk Payong, Parwez, beberapa staf penting Parwez, dan beberapa tukang pukul senior. Mereka membicarakan kabar terakhir dan langkah yang harus diambil. Yuki menginfokan bahwa Yurii Kharlistov, perakit bom ternama dunia, meninggalkan kota Kiev. Salonga menyarankan untuk refreshing sejenak pergi kondangan ke pernikahan Sakura.

El Padre

Lubai mengirimkan hasil awal dari restorasi dokumen yang ditemukan di kotak pos rumah pinggiran Ibu Kota Provinsi. Dokumen tersebut merupakan sebuah surat yang ditulis dalam bahasa Spanyol. Surat itu ditulis oleh seorang anak untuk El Padre, yang berarti 'Bapak' dalam bahasa Spanyol. Surat pertama ini juga yang akan mengungkapkan siapa seseorang bertopeng yang misterius diawal cerita. Dari sepenggal kisah dalam surat ini, Bujang terkejut bahwa bapak Bujang memiliki istri selain Midah, mamak Bujang.

Keluarga Yamaguchi

Kepala Keluarga Yamaguchi sekarang bernama Hiro Yamaguchi, berusia enam puluh tahun, wajahnya ramah dan menyenangkan. Hiro memiliki istri bernama Ayako, yang memiliki wajah lembut keibuan.

Bujang dan Salonga mengunjungi rumah yang terletak di utara Kota Tokyo, kediaman Hiro Yamaguchi untuk mengadakan pertemuan membentuk aliansi antar keluarga. Bujang mengenali beberapa peserta pertemuan tersebut. Ada Akashi, kepala tukang pukul Keluarga Yamaguchi. Ada Kaeda, putri tertua Hiro Yamaguchi. Sisanya adalah orang--orang kepercayaan Hiro.

Kue Pernikahan

Bujang merasakan adanya ancaman serius di acara pernikahan sakura. Ada yang salah dengan acara ini. Acara resepsi modern menjadi momen pertemuan antara Bujang dan Thomas, tokoh dari kisah Novel Negeri Para Bedebah dan Negeri Diujung Tanduk. Mereka sama-sama memiliki kecurigaan bahwa akan ada sesuatu yang terjadi. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada 'bom' mematikan yang diam-diam 'menyelinap' di tengah-tengah acara.

Saudara Tiri

Pergantian kekuasaan keluarga penguasa shadow economy akan menjadi rumit jika seorang kepala keluarga memiliki banyak istri dan banyak anak. Saat dia meninggal, anak-anaknya tersebut berebut kekuasaan.

Dua Lagu

Surat kedua berhasil di restorasi.

"Tapi aku hanya bernyanyi dua lagi, aku tidak akan makan malam bersamamu. Setelah menyanyi, aku akan pergi, dan jangan pernah lagi mengundangku, jangan coba-coba lagi bertemu denganku. Paham?" (hlm. 238)

Madrid, Spanyol

Sebuah pertemuan yang dinanti oleh seorang wanita akhirnya tiba. Bapak Bujang datang ke Madrid untuk membeli kapal tanker baru. Padahal itu hanya sebagai alasan kosong. Bapak Bujang ingin bertemu dengan wanita tersebut di Madrid. Banyak kenangan yang tak pernah terlupakan oleh wanita tersebut saat mereka menghabiskan waktu bersama di Madrid.

Hola, hola

"Di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan" (hlm. 267)

Bujang masih melanjutkan membaca surat yang dikirimkan Lubai. Isi surat tersebut mengenai sebuah rindu yang tak kunjung hilang dan hati yang terasa perih dari seorang wanita, kemudian berakhir pada pernikahan antara wanita tersebut dengan bapak Bujang.

"... Aku, kamu, kita berdua... Laksana benih perasaan yang tumbuh subur di tempat yang salah dan waktu yang salah. Hatiku telah dimiliki gadis lain..." (hlm. 276)

Bratva

Bagian ini menceritakan asal muasal Krestniy Otets, pimpinan Bratva, memutuskan mendirikan Bratva di Moskow. Dua puluh tahun Otets melewati serangkaian kompetisi yang ketat, pertarungan, intrik, pengkhianatan, peperangan antar Bratva dan kelompok-kelompok kelam lainnya, Bratva menjadi penguasa tunggal shadow economy di Rusia.

Bujang, Salonga dan Kaeda dijemput Sergei di Bandara. Sergei adalah Two Spies dalam struktur organisasi Bratva. Penting sekali posisinya disana.

Pabrik Tulskay

Bujang, Salonga dan Kaeda bertemu dengan Otets di Pabrik Tulskay. Tujuan mereka ke Pabrik Tulskay untuk menawarkan aliansi tiga keluarga menghadapi poros Hong Kong. Namun, Otets tidak akan berliansi dengan mudah. Ia mengajak Bujang dan lainnya menuju lantai B7, ruangan di bawah perut bumi, untuk bertemu Maria.

Maria

Otets meminta Bujang untuk mengalahkan putrinya, Maria, dalam duel satu lawan satu. Bujang sempat menolak. Namun, Maria mengompori Bujang bahwa Bujang takut padanya. Bujang merasa jengkel dan akhirnya memutuskan bertarung dengan Maria demi peresmian aliansi tiga keluarga oleh Otets. Pertarungan ini sempat membuat Maria mengamuk atas hinaan dari Bujang. Namun, Maria dapat melupakan marahnya karena Bujang telah menyelamatkan nyawanya dalam pertarungan.

Menurut Sergei, pertarungan ini akan berakhir buruk, bahkan jika Si Babi Hutan menang.

Keluarga Lin, Sekali Lagi

Bujang, Si Kembar, White, Salonga, dan Para Letnan mengadakan briefing di gudang fiber optic. Mereka membahas strategi untuk menyerang Tuan Rumah Grand Lisabon.

Runtuhnya Grand Lisabon

Persis pukul 00.00 waktu Macau, mereka menjalankan strategi yang telah dibuat untuk meruntuhkan Grand Lisabon. Si Kembar yang memulai tahap awal dari strategi. Disusul oleh pasukan lain yang 'mengelabui' tukang pukul di Grand Lisabon, sehingga mereka berhasil masuk ke dalam. Bersamaan dengan itu, Bujang langsung menuju lantai 40 gedung Grand Lisabon dengan bantuan Si Kembar.

Von Humboldt

Di ruangan security, Bujang mengadakan tele conference dengan Hiro Yamaguchi, Otets, Sergei dan Akashi. Mereka memberikan info terkini mengenai kondisi di lokasi masing-masing. Besan kakek tua di Hong Kong tewas. El Pablo menjadi penguasa baru shadow economy. Tuan Rumah Grand Lisabon telah 'dihukum'. Selain itu, mereka berdiskusi mengenai strategi penyerangan di Hong Kong. Strategi kali ini sedikit rumit karena musuh mengirim patroli di setiap jengkal daratan Hong Kong. Namun, tidak sulit bagi Bujang. Kapal Von Humboldt yang akan mereka jadikan sebagai basecamp.

Kisah Dua Petani

Pukul enam pagi di atas geladak kapal Von Humboldt. Bujang menatap matahari terbit dari atas kapal.

"Hidup ini selalu menarik untuk direnungkan, Bujang." (hlm. 387). Terkadang dalam perenungan tersebut kita dapat memetik satu atau dua hikmah yang bisa kita pelajari.

"..., aku merenungkan banyak hal-yang selama ini tidak pernah, atau aku abaikan begitu saja. Apa sesungguhnya yang ku cari dalam hidup ini? Aku akan pergi ke mana lagi? ... Ke mana aku akan pergi? Apakah memang langit adalah batasnya? Ternyata tidak juga. Karena segala sesuatu pasti akan ada akhirnya. Apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku? Apakah aku benar-benar bangga dengan seluruh yang pernah aku lakukan? Akan berakhir di halte mana perjalanan hidupku?" (hlm. 388-389). Pertanyaan yang cocok untuk aku saat ini, apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku?

"Hidupmu mungkin lebih berwarna setelah menikah." (hlm. 396). Kalimat ini sungguh membuat Bujang jengkel, namun kalimat ini menjadikan aku mantap untuk memutuskan menikah.

Aku Benci Padre

Bujang membaca surat terakhir yang berhasil diselamatkan professor Ibu Kota Provinsi. Surat ini berjarak empat tahun dari surat sebelumnya. Saat membaca kalimat-kalimat awal surat ini, membuat Bujang merasa sedih menyelinap di relung hatinya. Surat itu menceritakan mengapa bapak Bujang meninggalkan istri dan rumah di pinggiran ibu kota provinsi tanpa tahu apa yang terjadi dengan istrinya. Bujang pun tidak menduga akan seperti itu kejadiaannya. Halaman terakhir surat itu pun tidak kalah mengejutkan Bujang. Ia akhirnya tahu siapa seseorang yang ia temui di Meksiko dan apa misinya sekarang.

Kongs' Building

Pukul sepuluh malam, peserta briefing berkumpul di basecamp untuk membahas strategi penyerangan Kongs' Building. Tujuan mereka tidak lain untuk menghabisi Tuan Rumah.

"Apa pun yang terjadi malam ini, semoga itu yang terbaik bagi kita semua." (hlm. 423)

Muslihat Master Dragon

"Aku memperhatikan Si Kembar yang bertengkar. Kembali tersenyum. Setidaknya, mereka berdua saling memiliki. Mereka mungkin tetap menggampangkan banyak masalah, sering saling berteriak, bertengkar, mencari masalah, tapi mereka berdua saling menyayangi." (hlm. 427). Ini mengingatkanku yang sering bertengkar dengan adikku, namun di sisi yang terdalam kami saling menyayangi.

Penyerangan dimulai lantai demi lantai Kong's Building, ninja senior menghunuskan katana, disusul tukang pukul yang membawa pistol dan senjata modern, mereka menembaki siapa pun dari jarak jauh yang muncul di balik tiang, anak tangga, ruangan atau lift. Bujang merasa ganjil dengan penyerangan yang terlalu mudah ditaklukan oleh seluruh pasukannya. Hal itu terbukti ketika mereka sudah mencapai aula lantai enam, tempat kediaman target yang ingin dihabisi.

Setelah Salonga sependapat dengan bujang, target yang mereka incar muncul dari tempat yang tidak mereka duga. Satu kepala tukang pukul tewas seketika akibat tidak sabaran ingin menghunuskan pedang ke target.  Mereka yang mengira telah mengepung habis markas ini, sekarang berada dalam situasi genting sekali. Ada 'sesuatu' pembunuh yang terbang di atas kepala mereka. Belum cukup sampai disitu, dibalik pintu rahasia keluar pasukan legendaris milik musuh yang siap menghadapi pasukan Bujang. Ternyata bukan hanya itu, Bujang tidak menyadari bahwa markas Keluarga Tong dan sekutu diserang oleh tukang pukul milik musuh. Semakin lama Bujang memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan, semakin banyak pasukannya tewas, termasuk letnannya.

"Perintahkan kami, Si Babi Hutan! Bahkan jika itu harus menjemput kematian bersama." (hlm. 439). Begitu lah keyakinan Salonga, Si Kembar, White, dan Sergei bahwa mereka memilih mati dengan menyerang.

Diego & Basyir

Bagian terakhir ini merupakan keajaiban yang diharapkan Bujang pada saat ia kebingungan dalam memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan. Aula lantai enam seketika gelap gulita. Seseorang muncul dalam kegelapan. Seorang petarung jarak dekat paling hebat yang pernah Bujang lihat. Ia membantu Bujang menyelesaikan apa yang harus diselesaikan di Aula dalam lima menit dengan suasana masih gelap gulita. Mereka menggunakan teknik yang selama belasan tahun tidak pernah berhasil dilakukan Bujang. Machete milik petarung tersebut juga yang mengakhiri penyerangan Bujang dan pasukan malam itu. Namun, masih ada yang harus dicemaskan Bujang. Markas Keluarga Tong dan sekutu, entah apa kabarnya.

EPILOG

Seseorang yang memuncaki daftar pembunuh bayaran paling mematikan berhasil melarikan diri.

Akhirnya Bujang mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Ke mana aku akan pergi? Jalan baru yang dipilih Bujang akan penuh tantangan, tapi ia tahu ke mana ia akan pergi sekarang.

Setiap novel karya Tere Liye yang pernah aku baca, karakter tokoh 'aku' seperti aku yang sedang berada dalam cerita. Bang Tere mampu menghipnotis pembaca agar berimajinasi sesuai alur cerita. Novel 'Pergi' ini membuat saya berada dalam sebuah drama ber-genreaction dan romance, terlebih terasa sangat nyata pada setiap kejadian yang dialami Bujang. Selain itu, ada beberapa pesan moral dan nasehat religius yang tersirat dalam novel ini.

Namun, setiap karya pasti memiliki kekurangan. Begitu juga novel 'Pergi' ini. Ada yang keliru pada halaman 144. Bujang mengatakan 'tiga jam lalu' sesuatu telah terjadi di bandara saat menelepon Lubai. Sebelumnya Lubai mengatakan bahwa mereka baru bertemu 'tiga jam lalu', sedangkan perjalanan pesawat dari tempat mereka bertemu ke tempat Bujang berada saat menelpon memakan waktu dua jam (hlm. 133). Perbedaan lamanya jam ini yang terlihat tidak sinkron jika dipahami lebih teliti.

"Itu berarti sebelum pukul 19.00, pembunuh Kim harus sudah mati." (hlm. 149). Sedangkan dalam cerita bukan Kim yang dibunuh. Sepertinya ini hanya kesalahan penulisan.

"Itu berarti, bedebah itu akan merasakan sensasi seolah selama 150 detik sebelum tubuhnya menghantam cadas bebatuan. ... Detik demi detik, selama 150 menit dalam halusinasi terburuk yang pernah ada." (hlm. 156). Ini juga terdapat kesalahan penulisan. Seharusnya pada kalimat kedua 150 detik bukan 150 menit.

Selain itu, hanya terdapat kesalahan ejaan pada satu dua kata, seperti:

  • Jok mbl (hlm. 130). Seharusnya jok mobil
  • Pembunuh pembayaran (hlm. 229). Seharusnya pembunuh bayaran.
  • Ucapakan (hlm. 236). Seharusnya ucapan.
  • Kali Mama (hlm. 263). Agak janggal, mungkin seharusnya ditambahkan 'ini' menjadi kali ini Mama.
  • Tuang Salonga (hlm. 296). Seharusnya Tuan Salonga.

Terlepas dari beberapa kesalahan tersebut, tidak mengurangi rasa suka aku dengan novel 'Pergi'. Narasi khas dan gaya penulisan dari Bang Tere tetap ada di novel 'Pergi', membuat aku langsung mengenal siapa penulis novel ini ketika membacanya.

Banyak informasi yang aku dapatkan, dimana sebelumnya tidak ku ketahui, terlepas hal tersebut memang benar nyata atau tidak. Banyak juga nasehat dalam novel 'Pergi' yang mengena dihati dan bisa kita teladani di kehidupan kita.

"Mamak dulu memang diam-diam mengajariku ilmu agama, aku bisa membaca kitab suci, bahkan tulisan Arab gundul. Aku bisa shalat, aku hafal sedikit banyak nasihat agama, dan sebagainya, tapi setelah berpuluh tahun hidup di Keluarga Tong, situasinya tidak mudah. Aku bisa menjaga perutku dari alkohol, babi, dan semua makanan haram lainnya,..." (hlm. 82-83). Bisa jadi karena Mamak Bujang yang membuat Bujang memikirkan makna 'Pergi' dari kisah hidupnya selama ini. 

Baiklah, maafkan aku yang tidak bisa menceritakan lebih rinci mengenai kisah perjalanan 'Pergi' seorang Bujang. Hal itu memang ku sengaja agar teman-teman penasaran. Biar penasaran teman-teman terobati, lebih baik teman-teman langsung baca Novel 'Pergi'. Bisa beli di toko-toko buku terdekat atau bisa pesan online di www.bukurepublika.id.

Oya, novel ini disarankan hanya untuk pembaca yang berusia 15 tahun keatas. Jadi, untuk adek-adek yang masih dibawah 15 tahun, tidak dianjurkan untuk membaca novel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun