Selain itu, hanya terdapat kesalahan ejaan pada satu dua kata, seperti:
- Jok mbl (hlm. 130). Seharusnya jok mobil
- Pembunuh pembayaran (hlm. 229). Seharusnya pembunuh bayaran.
- Ucapakan (hlm. 236). Seharusnya ucapan.
- Kali Mama (hlm. 263). Agak janggal, mungkin seharusnya ditambahkan 'ini' menjadi kali ini Mama.
- Tuang Salonga (hlm. 296). Seharusnya Tuan Salonga.
Terlepas dari beberapa kesalahan tersebut, tidak mengurangi rasa suka aku dengan novel 'Pergi'. Narasi khas dan gaya penulisan dari Bang Tere tetap ada di novel 'Pergi', membuat aku langsung mengenal siapa penulis novel ini ketika membacanya.
Banyak informasi yang aku dapatkan, dimana sebelumnya tidak ku ketahui, terlepas hal tersebut memang benar nyata atau tidak. Banyak juga nasehat dalam novel 'Pergi' yang mengena dihati dan bisa kita teladani di kehidupan kita.
"Mamak dulu memang diam-diam mengajariku ilmu agama, aku bisa membaca kitab suci, bahkan tulisan Arab gundul. Aku bisa shalat, aku hafal sedikit banyak nasihat agama, dan sebagainya, tapi setelah berpuluh tahun hidup di Keluarga Tong, situasinya tidak mudah. Aku bisa menjaga perutku dari alkohol, babi, dan semua makanan haram lainnya,..." (hlm. 82-83). Bisa jadi karena Mamak Bujang yang membuat Bujang memikirkan makna 'Pergi' dari kisah hidupnya selama ini.Â
Baiklah, maafkan aku yang tidak bisa menceritakan lebih rinci mengenai kisah perjalanan 'Pergi' seorang Bujang. Hal itu memang ku sengaja agar teman-teman penasaran. Biar penasaran teman-teman terobati, lebih baik teman-teman langsung baca Novel 'Pergi'. Bisa beli di toko-toko buku terdekat atau bisa pesan online di www.bukurepublika.id.
Oya, novel ini disarankan hanya untuk pembaca yang berusia 15 tahun keatas. Jadi, untuk adek-adek yang masih dibawah 15 tahun, tidak dianjurkan untuk membaca novel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H