"Hidup ini selalu menarik untuk direnungkan, Bujang." (hlm. 387). Terkadang dalam perenungan tersebut kita dapat memetik satu atau dua hikmah yang bisa kita pelajari.
"..., aku merenungkan banyak hal-yang selama ini tidak pernah, atau aku abaikan begitu saja. Apa sesungguhnya yang ku cari dalam hidup ini? Aku akan pergi ke mana lagi? ... Ke mana aku akan pergi? Apakah memang langit adalah batasnya? Ternyata tidak juga. Karena segala sesuatu pasti akan ada akhirnya. Apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku? Apakah aku benar-benar bangga dengan seluruh yang pernah aku lakukan? Akan berakhir di halte mana perjalanan hidupku?" (hlm. 388-389). Pertanyaan yang cocok untuk aku saat ini, apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku?
"Hidupmu mungkin lebih berwarna setelah menikah." (hlm. 396). Kalimat ini sungguh membuat Bujang jengkel, namun kalimat ini menjadikan aku mantap untuk memutuskan menikah.
Aku Benci Padre
Bujang membaca surat terakhir yang berhasil diselamatkan professor Ibu Kota Provinsi. Surat ini berjarak empat tahun dari surat sebelumnya. Saat membaca kalimat-kalimat awal surat ini, membuat Bujang merasa sedih menyelinap di relung hatinya. Surat itu menceritakan mengapa bapak Bujang meninggalkan istri dan rumah di pinggiran ibu kota provinsi tanpa tahu apa yang terjadi dengan istrinya. Bujang pun tidak menduga akan seperti itu kejadiaannya. Halaman terakhir surat itu pun tidak kalah mengejutkan Bujang. Ia akhirnya tahu siapa seseorang yang ia temui di Meksiko dan apa misinya sekarang.
Kongs' Building
Pukul sepuluh malam, peserta briefing berkumpul di basecamp untuk membahas strategi penyerangan Kongs' Building. Tujuan mereka tidak lain untuk menghabisi Tuan Rumah.
"Apa pun yang terjadi malam ini, semoga itu yang terbaik bagi kita semua." (hlm. 423)
Muslihat Master Dragon
"Aku memperhatikan Si Kembar yang bertengkar. Kembali tersenyum. Setidaknya, mereka berdua saling memiliki. Mereka mungkin tetap menggampangkan banyak masalah, sering saling berteriak, bertengkar, mencari masalah, tapi mereka berdua saling menyayangi." (hlm. 427). Ini mengingatkanku yang sering bertengkar dengan adikku, namun di sisi yang terdalam kami saling menyayangi.
Penyerangan dimulai lantai demi lantai Kong's Building, ninja senior menghunuskan katana, disusul tukang pukul yang membawa pistol dan senjata modern, mereka menembaki siapa pun dari jarak jauh yang muncul di balik tiang, anak tangga, ruangan atau lift. Bujang merasa ganjil dengan penyerangan yang terlalu mudah ditaklukan oleh seluruh pasukannya. Hal itu terbukti ketika mereka sudah mencapai aula lantai enam, tempat kediaman target yang ingin dihabisi.