Keesokan harinya, kami di panggil Rama Prabu.
+ Putriku Rengganis, semalam aku bermimpi ditemui oleh orang tua berjubah putih dan beliau berpesan, seandainya penyakit kulitmu mengnginkan kesembuhan, haruslah kamu bertapa di sebua gua yang berada di  pantai laut selatan daerah hutan Pananjung, behitulah pesannya. Apakah sanggup, tetapi meskipun demikian putusannya ada pada dirimu
- Bersama dengan ucapan Rama Prabu kami menyanggupinya, mungkin ini sudah takdir bagi diri kami dari  Sang Pencipta Semesta. Alam.
+ Kamu sadar dengan ucapanmu Rengganis ?
- Putri, Rama Peabu menyadari dan mengiklaskannya sepenuh jiwa dan raga, seandainya itu sudah kehendak Nya. (jawab Rengganis)
Prabu Shindula meneteskan air matanya, karena dia punya firasat bahwa putrinya tidak akan pernah kembal lagi kepangkuannya, begitu pula drngan ibunya sebagai prameswari seorang Raja bernama Tejakusumah.
= Anaku, Rengganis (sapa ibunya) : Tabahkanlah hatimu karena ini sudah kehendak Hiang Widhi (Tuhan YME).
- Benar sekali ibunda, kami sangat memahaminya, kita sebagai mahluk ciptaan Nya tidak bisa menghindarinya.
Ki Jindul dari tadi mendampingi dewi Rengganis , yang bertugas sebagai pengasuh sekaligus jadi pengawalnya selalu ada di belakang Nyai Dewi kemanapun dia pergi.
"Paduka Prabu, ijinkalah kami untuk mengawal dan mendampingi  sebagai pengasuh kemanapun Nyai Dewi pergi. Janganlah Paduka Prabu melarang keinginan  diri kami untuk untuk tidak berpisah dengan momongan saya ini" (pinta ki Jindul kepada  Prb . Shindula).
"Aku bersukur sekali ki Jindul mempunyai pemikiran begitu, tetapi sebaiknya harus di setujui  oleh putriku. Bagaimana Nyai (Shindula berkata).