Kemudian kami pun mengobrol dengan seru, hingga aku terlena dan terbawa suasana, suasana yang asing bagiku malam itu dengan perasaan yang aneh dan sesak mengisi didada kiri.
Rasanya hampir serupa menghadapi UN dan sepertinya seluruh tubuhku merinding dibuatnya, tak pernah terbayangkan bisa seintim ini dengan Tante Sun.
Tante Sun menarik nafas panjang tepat didepan wajahku, dan tanganku seperti digerakkan oleh sesuatu saat mengusap bibir Tante, yang kulihat masih ada remah garlic bread tersisa disitu.
Dia memejamkan matanya, dan perasaanku makin tidak karuan saja, saat aku hendak mendekatkan bibirku padanya, seketika dia sudah menciumku, tepat ke arah ubun-ubun.
Akhirnya, Tante Sun pergi berlalu dan melambaikan tangan tanpa sepatah kata pun, hingga menghilang dan meninggalkan aku yang masih terpaku tak percaya, bisa sekonyol itu bertingkah di depan orang yang lebih tua.
"Tedjo.. Jo, kamu jahat banget sih!" Teriakan Fira memecah lamunanku, tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang tempat aku berdiri.
Fira berlari ke arahku, kemudian dia menangis tersedu dan berkata, "kalo ga suka bilang, jangan kabur begini, Jo!"
Aku hanya tersenyum dan tak bisa berkata apa-apa, ku raih tangannya untuk pulang, lalu Fira memelukku dengan erat, aku pun segera melepas pelukannya dengan lembut seraya mengusap air matanya.
Kami pulang dalam keheningan, dalam benakku masih terbayang wajah Tante Sun malam itu dan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya aku rasakan bersamanya.
Namun kulihat Fira sesekali tersenyum padaku, tak seperti biasanya jika sudah ngambek pastilah wajahnya cemberut atau mulutnya tak berhenti mengomel.
Malam itu, aku pulang kerumah dan langsung terbaring lemas diatas tempat tidurku, memikirkan Tante Sun, Fira dan aku yang tak kunjung paham perasaan-perasaan aneh dalam benakku.