"Tedjo pelittt," keluhnya manja.
Fira kemudian menutup buku pelajaran dan memasukannya ke dalam tas, mengambil tissue basah dan mengelapkan pada wajahnya yang sudah bening dari lahir.
Aku tak ambil pusing dengan tingkahnya, yang ada dalam pikiranku adalah secepat mungkin mengerjakan PR dan menghindari hukuman.
Bunyi sirine bell sekolah seperti kunti yang tengah menjerit, akupun terkesiap dan menghentikan aktivitas pekerjaan rumah yang tertunda di sekolah.
"Duh, baru selesai setengah," ucapku, pasrah.
Bu guru Yanti melangkah masuk ke dalam kelas dengan anggun, seolah setiap gerakan tubuhnya diiringi nyanyian Wonder Girls dengan lagu Nobody.
Wajah Bu Yanti mengingatkan aku pada pesona Tante Sun, sahabat arisan ibuku yang kerap datang ke rumah, namun kali ini aku benar-benar sedang tak ingin melihat beliau di depan kelas.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Yanti ramah, didepan kelas.
Belum selesai Bu Yanti berbicara, terlihat matanya menatap ke arahku dengan wajah yang terlihat khawatir.
"Fira, kamu kenapa? Pucat sekali kamu," ucap Bu Yanti.
"Geer"Â sekali aku dibuatnya, dan ternyata beliau memperhatikan Fira yang tetiba meringis memegang perutnya, wajahnya tampak lembab dan pucat pasi.