"Bu, ini roti beli di mana? Enak juga," gumamku, sambil melahap sepotong roti.
"Itu Korean Hotteok bikinan Tante Sundari, gui," jawab ibuku.
Benar saja, bahkan selesai mandi pun ia masih mengobrol dengan ibuku di ruang tengah, menungguku entah untuk apa, pokoknya hari ini aku mau mengerjakan PR, tak mau lagi dihukum guru apalagi jika sampai remedial.
"Gui lekas pakai baju, ini Fira sudah menunggu dari tadi loh," ucap ibuku dari ruang tengah.
Ah, benar dugaanku ternyata Fira memang ada maunya, tak seperti biasanya dia berlama-lama di rumahku seperti ini.
Gui adalah panggilan orang rumah dan Tedjo adalah panggilan teman-teman sementara guru-guru di sekolah akan memanggilku Guido, tapi di tongkrongan namaku Joe saja, terdengar keren seperti nama jalan di Jagakarsa.
Keluarga Fira dan keluarga kami sudah sangat dekat, ayahku dan papinya Fira dulu sempat bekerja di perusahaan yang sama, lalu mamahnya adalah adik kelas satu tingkat di bawah ibuku pada kampus yang sama.
Mereka bahkan sempat menjodohkan kami waktu kecil, yang aku ingat pada saat pesta ulangtahun, dimana aku masih duduk di kelas 1 sekolah dasar, Fira kecil mencium pipiku seraya memberikan kado, hingga membuatku malu bukan kepalang.
Kami tumbuh bersama di lingkungan komplek dengan jarak rumah yang hanya berbeda blok saja, di waktu kecil hampir tiap hari kami bermain bersama, dari masa taman kanak-kanak, sekolah dasar dan saat ini duduk di kelas 9 sekolah menengah.
Saking dekatnya, bahkan kami seringkali dibilang adik kakak, tentulah aku adiknya karena dibalik wajahnya yang lembut dan kekanak-kanakan, Fira adalah sosok "ketu" dan bawel seperti ibu-ibu.
Pernah suatu ketika, dia ngambek dan bersikap dingin seharian, setelah dia kutinggalkan di gedung bioskop karena saat itu aku lebih senang menonton konser musik dengan teman-teman.