"Iya, makasih ya Radit." Ujar umi Annisa.
"Nis, pulang dulu ya."
"Iya Radit." Jawab Annisa singkat. Radit pun kembali ke rumahnnya yang hanya terletak di sebelah rumah Annisa.
Bertahun-tahun, sejak Annisa masih di dalam kandungan. Tante Rosa, mamanya Radit dan umi Annisa sudah bersahabat. Ketika Natal tiba, umi Annisa pasti akan mendapatkan kunjungan cake dari Tante Rosa. Begitu juga sebaliknya. Bila Idul Fitri datang, umi Annisa membagikan lontong opor komplit pada keluarga tante Rosa. Berbagi dan bertukar makanan sudah menjadi tradisi dua tetangga ini. Mereka memang sudah lama hidup dalam toleransi.
***
Malam ini hujan turun sangat deras. Seperti biasa, menjelang imlek memang selalu turun hujan. Annisa tertegun di teras rumah. Dia sangat suka melihat hujan dan mencium aromanya. Annisa memandangi jalanan dengan tatapan kosong. Dulu, dia dan Radit masih digendong oleh ibu mereka di depan rumah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang Radit sudah menjadi sosok yang tampan, dan Annisa tumbuh menjadi gadis perawan yang begitu cantik.
Annisa menggeleng dan tersadar dari lamunannya.
Dari jalan terdengar langkah kaki. Radit terlihat membawa payung. Dia menghampiri Annisa.
"Kamu dari mana, Radit?"
"Aku habis dari gereja, Nis."
"Oh, rajin banget kamu, Dit. Hujan-hujan gini." Ujar Annisa sambil tersenyum.