Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertemuan Filsafat Timur dan Barat

8 Februari 2022   22:19 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:33 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hingga abad milenial saat ini tak disangkal bahwa pemikiran (peradaban) barat telah menjadi sumber referensi pengetahuan dunia. Hal ini dapat diterima secara "teoritis argumentatif" bahwa penemuan-penemuan yang mengubah dunia dicatat dengan baik dalam bentuk dokumen/jurnal ilmiah pasca masa renaissance (re artinya kembali dan naitre artinya lahir).

Merespons dominasi Gereja (periode Kristenisasi tahun 400an - 529 M)  dalam segala aspek kehidupan di Eropa serta setelah mengalami "keterpurukan" pasca invasi Islam (Turki Utsmaniyah/Ottoman) atas penaklukan Konstantinopel (Romawi) sebagai simbul hegemoni barat (Kristen) tahun 1453 M, bangsa Eropa "dipaksa" untuk memilih jalan pengembangan ilmu pengetahuan (riset), dan rasionalisme, yakni kebebasan dalam mengembangkan pikiran (inovasi) termasuk merekonstruksi sejarah dunia sehingga lahirlah yang dikenal dengan masa Renaissance (abad 14 - 17 M) yang diawali dari Italia lalu menyebar ke seluruh Eropa.

Renaissance pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh diberbagai bidang seni, arsitektur, politik, penjelajahan dan ilmu pengetahuan "baru" sebagai kebangkitan Eropa diantaranya Leonardo Da Vinci, Raphael, Michaelangelo, Niccolo Machiavelli, Montesquieu, Nicolaus Copernicus, Christopher Columbus, Ferdinand Magellan, Petrarch, Johanes Keppler, Galileo galilei, Johannes Guttenberg.

Pada fase inilah kemudian dunia barat diasosiasikan sebagai "bangsa penemu".

Dari sini kemudian bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Prancis, Belanda berlomba mengarungi samudra untuk mencari koloni demi kejayaan kembali Eropa yang melahirkan kolonialisme dan imperialisme.

Namun jika dirunut jauh kebelakang sejatinya ilmu dan pengetahuan berkembang tidak berdiri sendiri namun dengan saling mempengaruhi antar peradaban.

Karena penaklukan-penaklukan dengan jalan diplomasi atau perang tentu membutuhkan pengetahuan geografis, astronomi, metalurgi (teknik bahan logam) untuk logistik perang dan strategi politik serta ilmu perang agar dapat menjangkau dan menguasai daerah yang lebih luas baik kontinen maupun ketika harus menyebrangi sungai besar (Nil, Eufrat, Tigris, Indus) dan lautan (Aegean, Mediterania, Hitam, Merah, Kaspia, Teluk Persia).

Dengan catatan sejarah wilayah penguasaan yang sangat luas lintas benua seperti Kerajaan Mekedonia (Yunani Kuno) dan Akhaimenia (Persia) menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan tidaklah mutlak bersumber dari Yunani Kuno. Mengapa?

Karena sebelum eksistensi Makedonia (Yunani Kuno) dan Persia, lebih awal ada kerajaan-kerajaan kuno di anak benua India, Kerajaan Mesir di Afrika dan kerajaan Babilonia di Asia Tengah yang meninggalkan jejak peradaban seperti pemerintahan (genealogi/silsilah), bangunan, bilangan, bahasa dan tulisan, senjata perang, dll.

Misalnya sisa bangunan kota Mohenjo Daro dan Harappa di lembah Sungai Indus diperkirakan 3300 SM, Piramida di Mesir yang dibangun 2551 SM, bahasa Avesta 2000 SM, bahasa Sanskerta 2000 SM (masih dipergunakan hingga saat ini), tulisan Hammurabi Babilonia 1696 SM.

Filsafat Timur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun