Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perjamuan Terakhir

9 Januari 2020   15:11 Diperbarui: 9 Januari 2020   15:35 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak mengerti mengapa dia mengetahui itu semua.  Jangan-jangan dia tahu kalau selama ini aku memata-matainya.

"Tapi ini sebuah kebetulan yang menyenangkan karena aku tidak perlu memaksa kamu untuk datang kemari."

Glek.

"Yuk." Ken meraih pergelangan tanganku lalu memaksaku berjalan.  Aku berusaha melepaskan diri namun genggaman tangannya tak dapat dilawan.
Perutku mendadak mual, aku ingin berteriak namun mulutku seakan terkunci rapat.

Ya Tuhan, apakah aku akan menjadi korban berikutnya?

Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, rasa takutku telah memburamkan akal sehatku.  Kini aku ada dalam ambang kepasrahan.  Aku hanya bisa berdoa bahwa hari ini bukanlah hari terakhirku berada di dunia. Bukankah keajaiban itu selalu ada?

Aku melirik ke arah meja yang dipenuhi oleh berbagai macam pisau dan Ken mengambil salah satunya.  Ia tersenyum kecil, meraih sebuah kacamata bergaya militer yang tergeletak di sofa.  

Ken kembali membawaku, melewati ruang keluarga, lorong lalu dapur, tempat di mana aku dulu sering membantu Oma Irene untuk membuat Ontbijtkoek, kue kegemaran putra sulungnya.

"Kamu mau bawa aku kemana?" Aku memberanikan diri untuk bertanya dalam selubung ketakutan yang meraja.

"Bukan kejutan kalau kamu tahu lebih dulu, ya kan?" Ken membuka pintu menuju ruang bawah tanah, ruang yang dulu digunakan oleh Opa Jan sebagai tempat penyimpanan botol-botol anggurnya yang bersejarah.

"Aku tidak mau kesana! Dengar ya Tuan Hamada, aku akan berteriak sekeras-kerasnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun