"Teriak? Wah wah aku tidak menyangka tamu pertama ku ini sangat ekspresif." Ken berkata dingin. Â "Ayo jalan, hati-hati dengan tangganya." Ken membimbingku menuruni anak tangga.
Kini aku terperangkap dalam kegelapan, Ken mendudukan ku di kursi.
"Tetap di sini, jangan bergerak."
Begitu Ken menjauh, tanpa pikir panjang aku pun bergegas bangkit untuk melarikan diri. Â Namun sial, kegelapan bukanlah teman yang baik bagiku, aku terjatuh dan bibirku terantuk ujung kursi. Â Rasa perih menjalar dengan cepat. Â
Tiba-tiba ruangan bermandikan sinar temaram.
"Kamu mau kemana?" Ken menghampiriku yang terduduk di lantai.
"Bibir kamu berdarah, tunggu sebentar." Ken beranjak. Â Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melesat ke arah pintu. Â Namun langkah lebar Ken mengalahkan usahaku untuk melarikan diri.
Kini lelaki itu telah ada di hadapanku lalu membalikkan tubuhku menghadap meja.
"Aku hanya akan mengajakmu makan malam, kenapa kamu malah blingsatan seperti ini?" Ken menunjuk meja makan.
Oh tidak, apakah hidangan itu adalah perjamuan terakhirku sebelum dia ...
Aku menatap nanar meja besar dengan penataan yang sangat elegan itu.