Tubuhku menggigil, aku menangis dalam keputusasaan.
"Sudah jangan menangis, ini luka kecil kok." Ken menyeka darah yang ada di bibirku dengan selembar serbet.
"Tolong lepaskan aku, aku tidak bermaksud memata-matai kamu. Â Aku berjanji rahasiamu akan aman di tanganku." Â Tiba-tiba keberanianku keluar dari persembunyiannya.
"Rahasia apa?" Ken menatapku dengan bingung namun ia pun segera mafhum.
"Ooh ini? Tidak, ini semua bukan rahasia, nanti juga akan banyak yang tahu terutama para pelangganku." Lanjutnya santai.
"Ken sebaik apapun kamu menyembunyikan semua perbuatan busukmu pada waktunya pasti akan terbongkar juga."
"Asal kamu tahu ya setelah kamu menguburku di ruangan bawah tanah ini, aku akan selalu menghantuimu, camkan itu Tuan." Aku merepet, Ken melongo.
"Kamu tidak bisa menutupi semuanya, bisnis menyenangkan orang, gundukan tanah di halaman, ceceran cairan merah, pisau serta senjata tajam di ruang tamu, dan semua tattomu itu adalah bukti."
"Satu lagi, kamu pernah bertanya di mana rumah Pak RT kan? Â Itu karena kamu harus mengukur jarak aman untuk semua tindak kejahatan yang akan kamu lakukan, apa aku salah?"
Aku menggertak namun bergidik ketika menatap sang naga yang tengah menjulurkan lidahnya di lengan lelaki itu.
Ken mengerutkan dahinya, raut wajahnya yang dingin berubah seketika, tawanya pun meledak.