“Kepanjangan, Mig 19, pesawat supersonik tuh.”
“Oke lah, mari kita berlomba, F16 versus Mig 19.”
“Siapa takut.”
Mereka pun lalu melemparkan pesawat kertas mereka masing-masing untuk dilihat seberapa jauh jangkauannya, berlarian bak anak kecil, melupakan semua kemuraman dan kesedihan untuk sementara.
“Rein, thanks ya.” Dandy memainkan gelang spikenya, sementara pesawat kertas mereka tiarap di tanah lapang nan berdebu.
“Untuk apa?” Rein mengerutkan dahinya.
“Untuk hari ini, pesawat kertas itu telah membuatku mengerti bahwa walaupun ia rapuh, ia dapat terbang tinggi dan bertahan di antara hembusan angin kencang. Rein, kamu adalah teman terbaikku.”
“Dionne Warwick pernah bersabda yang bunyinya, That‘s what friends are for. Jadi gak usah merasa sendiri lagi ya, Dan.” Rein tersenyum dan menyenggol bahu Dandy dengan bahunya.
****