Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Penghujung Senja (15)

6 April 2017   16:41 Diperbarui: 24 November 2023   17:46 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kamu tahu gak kenapa makanan ini di sebut cuanki?” Dandy memasukkan segumpal siomay yang telah lembek karena terlalu lama terendam air panas ke dalam mulutnya yang terbuka lebar bak mulut kuda nil yang sedang kepanasan di kebun binatang.

“Mmmm, mungkin merunut dari daerah asalnya,” jawab Rein asal.  Tangannya  sibuk membelah baso yang berlarian ke sana-kemari.  Bila mangkok itu lapangan Saparua, sepertinya baso yang membandel tadi sudah mengelilingi lapangan sebanyak dua kali dan meleburkan beberapa kilo kalori tubuhnya.

“Memangnya dari daerah mana?” Mulut Dandy kini dipenuhi dengan baso yang  ingin ia telan bulat-bulat.

“Dari China atau  Hongkong,  itu kan bahasa mandarin.”

“Bahasa mandarin dari Hongkong,” ejek Dandy, kini wajahnya merah padam. Ingusnya berlomba-lomba ingin segera keluar dari hidungnya yang kembang kempis. Sambal itu menyiksanya,  ia merasa bagai berada di neraka lapisan terdalam, mencoba meyakinkan sang penjaga neraka bahwa ia telah menyadari kesalahan dan dosa-dosanya.

“Lha kan memang salah-satunya dipakai di Hongkong Bahasa Mandarin itu, betul gak?”

“Maksudku, memangnya tau dari mana cuanki itu diambil dari bahasa mandarin.”

“Ya dari singkatannya, cuanki itu terdiri dari dua kata yaitu cuan dan hoki, dimana cuan itu artinya untung, hoki itu artinya keberuntungan. Jadi baso cuanki itu artinya untung yang beruntung eh itu mah sodaranya si Donal Bebek yah.  Ya pokoknya artinya gak jauh dari keberuntungan deh, jual baso demi untung karena beruntung, nah itu kesimpulannya.”

“Mmmh bisa juga sih. Tapi kata Si Beni nih, cuanki itu asalnya dari singkatan cari uang jalan kaki.  Tukang baso yang jualannya dengan cara berjalan kaki.  Jadi pada jaman dahulu kala, di tatar parahyangan ini ada mamang-mamang yang suka jualan baso minimalis kayak gini nih dengan cara di tanggung dan jalan kaki berkilometer jauhnya. Nah dari situ lah orang-orang mulai menjuluki si mamang ini dengan nama tukang baso cuanki. Mungkin dulu ada salah satu pembeli yang hobi banget dengan singkatan-singkatan ya.”

“Oh gitu ya. Iya sih orang Bandung kan hobi banget bikin singkatan. Misalnya batagor alias baso tahu goreng, comro oncom di jero, misro amis di jero, gehu toge tahu, colenak dicocol enak sampe hardolin dahar m*d*l ulin.”

Dandy tertawa. “Gila, hardolin di barisin dengan makanan, dasar aneh!” Dandy menyeka keringat di dahinya dengan lengan kemeja flanelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun