"Untuk bertemu dengan kamu, karena di kampus kamu selalu menghindari aku."
"Mengapa kamu..."
Belum sempat Theia melanjutkan kalimatnya, Lykan lebih dulu memotongnya.
"Aku gak tau The, kamu bagaikan medan magnet bagiku. Aku selalu tertarik dengan segala hal yang kamu lakukan, walau hanya berdiam diri duduk di bawah sebatang pohon sekali pun."
Theia menunduk dalam, ia tak bisa mengingkari, bahwa di dalam hatinya mulai tumbuh perasaan-perasaan aneh bila ia berdekatan dengan Lykan semenjak mereka terlibat dalam insiden tabrakan tempo hari. Namun ia sadar bahwa Lykan hanyalah bayangan untuknya yang tak dapat ia rengkuh karena ia tahu bahwa ia tak pantas memikirkan seseorang yang tak akan tergapai. Dan Karin adalah alasan lain bahwa ia tidak boleh memiliki rasa itu. Pengalaman mengatakan bahwa Karin dapat melakukan apa saja kepada orang yang tidak disukainya.
"Maafkan aku, aku hanya ingin sendiri, jangan pernah menemui ku lagi."
"Tapi The... "
Theia berlalu dengan wajah yang di tekuk.
***
Theia menggigil kedinginan, sekujur tubuhnya basah kuyup. Giginya bergemeletuk. Ia berharap senja segera tiba, sehingga ia dapat keluar dari toilet kantin dengan leluasa tanpa diikuti oleh tatapan banyak mata. Namun, ia gagal bertahan, ia lelah, ia ingin segera berada di kamarnya yang hangat, nyaman dan aman. Tanpa pikir panjang lagi, ia pun keluar dari toilet itu. Ia bernafas lega, hanya tinggal beberapa gelintir orang saja yang ada disana. Theia berjalan sambil menunduk dalam, diantara tawa Karin dan teman-temanya yang tengah bergurau di pojok ruangan.
"The, apa yang terjadi, Mengapa kamu basah kuyup seperti ini?" Tiba tiba Lykan menyentuh bahu Theia lembut yang disambut dengan bisikan tajam gadis yang masih menggigil kedinginan itu. "Pergi."