Theia menatap Lykan dari balik rambutnya yang tergerai masai, lalu menggeleng.
"Kenapa kamu selalu menolak semua tawaranku? Apakah aku tidak pantas menjadi teman kamu?" Lykan kembali menyodorkan kaleng minuman itu.
"Mengapa harus aku? Kamu dengan mudah bisa mendapatkan banyak teman disini.  Lihatlah, para gadis itu, mereka akan menjadi teman-teman yang manis  untuk mu. Sedangkan aku hanyalah orang aneh yang tak pantas kamu temani." ucap Theia panjang lebar, alih alih membuka lemari pendingin, ia malah berbalik dan mulai melangkah cepat meninggalkan Lykan yang terlihat terkejut dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut gadis itu.
"Tidak ada yang aneh dari diri kamu di mataku." Lykan menghentikan langkah Theia dengan memegang lengan gadis itu.
"Maafkan aku." Theia mengibaskan lengannya dan berjalan cepat keluar kantin, di antara tatapan marah  seseorang.
***
Theia menggeleng ketika Selly memintanya turun untuk menemui seseorang sore itu.
"The, aku tau apa yang telah kamu alami, maafkan aku karena tidak bisa berbuat banyak untuk kamu. Aku tau semua ancaman yang ditujukan kepada kamu. Satu bulan ini mungkin kamu berhasil menghindar darinya. Tapi kini dia sudah ada di depan rumah kita ingin bertemu dengan kamu. Ya sedikitnya hormatilah niat baiknya."
Theia menggigit bibirnya. Setelah berpikir sejenak, Ia pun menuruni tangga dengan kaki gemetar.
Dia disana, duduk di kursi teras dengan sebatang rumput di mulutnya.
"Untuk apa kamu kesini?" Tanpa ragu, Theia menyerang pemuda itu. Lykan tersentak, rumput di mulutnya sekonyong-konyong terjatuh seketika.