***
Theia menggoreskan pinsilnya dengan lembut di atas lembaran kertas sketch book-nya. Sesekali ia memejamkan matanya untuk menangkap imajinasi liar yang ada di kepalanya diantara semilir angin dan bisikan lembut dedaunan yang menaunginya. Ia selalu melewati hari-harinya dalam kesendirian. Sejarah buruk masa lalunya membuat ia memilih untuk sesedikit mungkin berbaur. Ia membentengi dirinya dengan kesunyiannya. Dan hal itu membuat semua orang menganggapnya tak ada kecuali Selly, sepupunya.
"Hai, gak ada kuliah?" sebuah suara membuat goresan pinsil Theia berjeda. Namun alih alih menjawab pertanyaan yang diajukan seseorang yang kini duduk di sampingnya, ia malah meneruskan goresan yang tertunda.
"Boleh kan aku duduk disini?"
Theia diam
"Kalo kamu diam berarti boleh ya."
Theia masih saja membisu. Namun kebisuan Theia justru membuat pemuda bernama Lykan itu betah untuk duduk santai di sampingnya sambil menggigiti batang rumput yang baru saja ia cabut dari tanah di hadapannya.
***
"Kamu pikir kamu keren? Cantik? Menarik? Hah?" teriak gadis dengan riasan wajah yang tebal bernama Karin tepat di depan wajah Theia.
"Berani-beraninya ya kamu deket-deketin Lykan. Semua orang tau hanya aku yang pantas bersanding dengan dia." Â Karin mendorong tubuh Theia ke dinding toilet.
"Dengar ya The, kalo kamu deket-deket dia lagi, kamu akan tau akibatnya."