"Ada lagi yang pelitnya gak ketulungan. Rumahnya besar, mobil ada, mau naik haji, eh terasnya gak di pasangi lampu, cuma mengandalkan JPU dan sinar lampu tetangga."
“Nah itu tante, penghematan untuk bayar ongkos naik haji-nya mungkin.”
Tante Emi menaikan bahunya.
"Om kamu lagi, apa-apa harus pake pendekatan halus dan praduga tak bersalah. Padahal jelas sekali bahwa mereka itu salah." Tante Emi berbicara tanpa henti.
"Kadang kalau kejengkelan tante sudah ada di ubub-ubun, tante labrak aja mereka."
“Om gak protes?"
"Pasti protes lah, soalnya orang-orang yang tante labrak, semuanya langsung bikin laporan lengkap ke Om kamu." Tante Emi tergelak.
"O gitu ya. Hmm, berarti ya tan, uban di rambut om Ardi itu penyebabnya gak cuma karena mikirin warga, tapi juga mikirin tante yang suka bikin Om harus menyusun kalimat panjang lebar tentang apa yang telah di lakukan tante sebelumnya." Aku terbahak.
"Eeiihhh..." Tante Emi merengut lalu meraih sendalnya.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H