Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf

5 April 2016   16:08 Diperbarui: 5 April 2016   17:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu pun berlalu, kini pemuda itu memperlihatkan kanvasnya yang telah di penuhi goresan cat minyak kepada Mitha. Ia memberi tanda kepada Mitha untuk melihat lukisan itu secara langsung.  Mitha gamang.  Mamanya memang tak ada di rumah, tapi ada Bik Inah yang bertugas mengawasinya. Pemuda itu masih saja melambai lambaikan kanvasnya dengan gembira lalu merapatkan dua tangannya di dadanya sebagai tanda permohonan.  Rasa penasaran yang di balut dengan kegigihan dari pemuda itu, akhirnya membuat Mitha menyerah.

 

***

 

Mitha keluar kamarnya segera, melongokan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Bik Inah terlihat tengah sibuk di dapur.

 

"Aman." bisiknya kepada diri sendiri.

 

Di putarnya gagang pintu dengan pelan, Ia keluar rumah dengan berjingkat jingkat.

 

Sinar mentari pagi yang hangat menerpa wajahnya, hawa pagi ini begitu bersahabat dengan kulitnya. Mitha jarang sekali merasakan sensasi udara pagi seperti ini, karena dunianya hanya seputar rumah, kendaraan dan gedung gedung tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun