Waktu pun berlalu, kini pemuda itu memperlihatkan kanvasnya yang telah di penuhi goresan cat minyak kepada Mitha. Ia memberi tanda kepada Mitha untuk melihat lukisan itu secara langsung. Â Mitha gamang. Â Mamanya memang tak ada di rumah, tapi ada Bik Inah yang bertugas mengawasinya. Pemuda itu masih saja melambai lambaikan kanvasnya dengan gembira lalu merapatkan dua tangannya di dadanya sebagai tanda permohonan. Â Rasa penasaran yang di balut dengan kegigihan dari pemuda itu, akhirnya membuat Mitha menyerah.
Â
***
Â
Mitha keluar kamarnya segera, melongokan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Bik Inah terlihat tengah sibuk di dapur.
Â
"Aman." bisiknya kepada diri sendiri.
Â
Di putarnya gagang pintu dengan pelan, Ia keluar rumah dengan berjingkat jingkat.
Â
Sinar mentari pagi yang hangat menerpa wajahnya, hawa pagi ini begitu bersahabat dengan kulitnya. Mitha jarang sekali merasakan sensasi udara pagi seperti ini, karena dunianya hanya seputar rumah, kendaraan dan gedung gedung tinggi.