Mohon tunggu...
Ika Devita Susanti
Ika Devita Susanti Mohon Tunggu... -

*I could be a writer, reader, singer and whatever you could imagine*

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saksi Bisu antara Kau dan Aku

29 Maret 2011   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:20 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambulance membawa Susan, Rey dan Vera ke rumah sakit terdekat. Vera merasa kebingungan karena Rey terus menerus menangis melihat Susan yang terbaring lemas. Pikiran-pikiran negatif terus bermunculan di kepala Vera. Naluri Vera dapat mengendus rahasia dibalik kejadian yang mencurigakan ini.

“Susan, sadar San, maafin aku,” Rey menangis meraung-raung. Pemuda itu pernah mengatakan bahwa dia tidak akan menangis di depan orang lain, tapi nyatanya, dia tidak bisa menahan kesedihan hatinya.

“Rey, sudahlah Rey, jangan seperti ini. Percuma, dia pasti tidak dengar,” ujar Vera menenangkan diri. Gadis itu tampak peduli pada Rey. Setidaknya hari ini, saat Rey sedang benar-benar dilanda pilu.

“San, maafin aku San. Aku janji akan memperbaiki semua ini San. Kamu bangun ya..,” Rey terus memanggil Susan.

Susan terus bergelut dengan perasaannya. Dia tahu hubungannya dengan Rey tidak mungkin bisa bersatu. Mereka berbeda, secara iman dan secara latar belakang. Hanya mujizat yang dapat menyatukan mereka. Susan bingung harus bagaimana. Dia berlari menjauhi Rey, namun kakinya semakin lemas. Tangannya perlahan tidak dapat dirasakan. Pandangannya menjadi semakin kabur. Dia tidak melihat apa-apa.

Sementara denyut nadi Susan semakin melemah. Rupanya posisi jatuh yang salah menyebabkan kepala Susan terbentur dan dia kehilangan banyak darah. Dokter sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan Susan, tetapi tetap yang Maha Kuasa lah yang dapat memulihkan Susan. Mata Rey membengkak karena tangisan yang tidak dapat dihentikan. Berkali-kali Rey meremas tangan Susan dengan harapan Susan akan kesakitan dan membuka matanya.

Tiba-tiba mesin mengeluarkan suara tiiit . . . yang sangat panjang. Suara ini pertanda Susan telah menyerah. Atau mungkin juga susan mengalah. Susan merelakan hubungannya dengan Rey. Susan melepas semua impiannya. Susan menyimpan rasa cintanya dalam hati. Rey semakin meraung, Vera menghela nafas. Dokter mengucapkan doa. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun