Mohon tunggu...
Ika Devita Susanti
Ika Devita Susanti Mohon Tunggu... -

*I could be a writer, reader, singer and whatever you could imagine*

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saksi Bisu antara Kau dan Aku

29 Maret 2011   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:20 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Susan, sadar San, maafin aku,” Rey menangis meraung-raung. Pemuda itu pernah mengatakan bahwa dia tidak akan menangis di depan orang lain, tapi nyatanya, dia tidak bisa menahan kesedihan hatinya.

“Rey, sudahlah Rey, jangan seperti ini. Percuma, dia pasti tidak dengar,” ujar Vera menenangkan diri. Gadis itu tampak peduli pada Rey. Setidaknya hari ini, saat Rey sedang benar-benar dilanda pilu.

***

Kejadian ini bermula beberapa bulan lalu saat Rey datang dari Jakarta. Dia ditugaskan ke Lampung untuk mengawasi jalannya perusahaan di sana. Meskipun merupakan ibukota, Bandar Lampung merupakan kota yang kecil. Jarak dari satu lokasi ke lokasi lain dapat ditempuh dalam waktu 10 menit saja. Rey sempat berpindah-pindah kos beberapa kali sebelum dia menemukan kos “Rumah Canda”. Nama kos-kosan ini sangat unik. Dia mulai masuk untuk menanyakan beberapa hal mengenai tinggal di sana.

Saat itulah dia bertemu Susan. Susan sedang membereskan kamarnya. Daster yang dikenakan berhiaskan debu dan dia memegang sapu di tangan kirinya. Rey hanya melihat gadis itu selintas saja, karena dia harus ke lantai dua. Iya, kamar di lantai dua itu merupakan satu-satunya kamar kosong yang ada. Melihat keadaan kamar yang bersih, rapi dan memiliki air conditioner, dia setuju untuk mengambilnya.

Menuruni anak tangga satu persatu, Rey masih melihat Susan sibuk dengan sapu dan kamarnya. Mbak Rodi, pembantu rumah tangga yang mengantarkan Rey ke atas segera memperkenalkan Rey ke Susan.

“Rey.”

“Susan.”

“Mbak Susan, Mas Rey ini besok ngekos di sini,” Mbak Rodi menjelaskan.

“Oh ya? Selamat datang di kos “Rumah Canda”. Bisa ketawa kan? Kalo ga bisa, ga bisa masuk sini lo. Ga matching sama nama kosnya. He he he . . .” Susan mencoba mencairkan suasana.

“Oh bisa dong. Dari Jawa ya?” Rey mulai cair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun